FUNGSI KENDANG PADA KARAWITAN TARI DAN WAYANG KULIT
Penulis :
Adiyanto
Pamong Budaya Ahli Muda
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur
Dalam pertunjukan seni tari dan wayang kulit, seni karawitan bukan hanya sebagai pelengkap
atau pengiring
seni tari dan wayang kulit
saja. Akan tetapi seni karawitan
adalah partner dari seni tari dan wayang kulit, karena pertunjukan seni tari dan wayang kulit bukan seni yang dapat
berdiri sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran seni seni lainnya. Salah satu
diantaranya adalah seni karawitan sebagai pendukung musikalnya.
Pertunjukan seni tari dan wayang kulit di Jawa Timur
pada umumnya merupakan kesatuan yang utuh antara seni tari, wayang kulit dan seni karawitan,
sehingga banyak yang beranggapan, bahwa pertunjukan tari dan wayang kulit adalah pertunjukan audio
visual. Yang artinya,
secara visual dapat dinikmati dari
keindahan sajian gerak-gerak
tari maupun dalam gerak
wayang kulitnya, sedangkan secara audio dapat dinikmati suara musik instrumennya sebagai pendukung musik dalam
pertunjukan seni tari dan wayang kulit.
Estetika seni karawitan sebagai pendukung pertunjukan tari maupun wayang kulit
sangat berbeda dengan seni karawitan secara mandiri. Relasi garap instrumen kendang untuk mendukung kebutuhan pertunjukan tari maupun
wayang kulit merupakan bentuk repertoar seni yang esetika garapannya
bersifat saling membutuhkan
atau dol tinuku. Artinya, estetika pertunjukan seni tari maupun wayang kulit bisa dengan
signifikan memengaruhi bentuk
garapan seni
karawitan dan disaat yang sama juga sebaliknya estetika seni karawitan dapat memengaruhi estetika pertunjukan seni tari dan wayang kulit.
Seniman yang
merepresentasikan kepakaran dalam bidang pertunjukan seni karawitan, serta seniman yang
merepresentasikan kepakaran dalam bidang pertunjukan seni tari maupun seni wayang kulit,
sepakat dan mengakui, bahwa instrumen kendang merupakan pusat atau poros
garapan atau “fokus estetika”. Selain dipandang dominan dan menjadi acuan garap
elemen musikal lainnya, instrumen
kendang juga dapat mengungkap karakter pertunjukan seni
tari dan wayang kulit.
Dalam pertunjukan seni tari dan wayang kulit, kendang memiliki peran
yang sangat penting. Oleh sebab itu, seorang pengendang tari maupun wayang kulit harus memiliki
pengetahuan serta ketrampilan
yang lebih dibandingkan dengan pangrawit yang lainnya, karena tugas pengendang
dalam pertunjukan tari
maupun wayang kulit menjadi ganda, yaitu harus memfokuskan
permainan kendangnya untuk kebutuhan estetika pertunjukan seni tari, wayang kulit maupun estetika pertunjukan seni karawitan.
Pengetahuan tentang
irama, tempo, lagu-lagu yang terdapat dalam seni karawitan menjadi modal utama bagi
seorang pengendang, karena apabila modal pengetahuan tersebut tidak
dimilikinya, maka estetika penyajian karawitan tidak akan tersampaikan dengan
baik. Untuk kebutuhan estetika
pertunukan seni tari dan wayang kulit, seorang pengendang harus
dapat membantu memberikan ruh atau karakter pada sajian pertunjukan tersebut. Oleh karena itu instrumen kendang merupakan instrumen yang spesial, maka pengendang
mempunyai spesialisasi khusus, yakni spesialisasi pengendang tari, pengendang wayang kulit, pengendang klenengan,
pengendang tayup dan sebagainya. Spesialisasi tersebut
merupakan dasar penilaian umum dalam memetakan kompetensi pengendang dalam
konteks “karawitan pendukung”.
Sekilas tampak berat, namun pada praktek di lapangan, kemampuan tersebut memang
benar-benar dimiliki secara umum oleh para pengendang.
Seni karawitan merupakan penunjang yang
harus memenuhi tuntutan kepentingan estetika pertunjukan tari maupun wayang kulit. Yaitu berfungsi sebagai pemandu gerak yang lebih mengarah kepada kepentingan
teknis yang berkaitan dengan tempo, irama, ritme dan aksen-aksen isian gerak
tari maupun gerak dalam
wayang kulit. Dalam tatanan seni karawitan tradisi, pengendali atas
kepentingan teknis itu terletak pada instrumen kendang. Dan seni karawitan juga mempunyai fungsi sebagai ilustrasi dalam
pertunjukan seni tari maupun wayang kulit, yang artinya bahwa
iringan karawitan
yang berupa gending atau vokal karawitan harus dapat mengungkap
suasana yang dibutuhkan oleh pertunjukan
seni tari maupun wayang kulit.