SPECTA
NIGHT CARNIVAL, SEBUAH KONSISTENSI
Sebagai mana kita ketahui bersama
bahwa Jatim Specta Night Carnival dalam
petunjuk teknisnya adalah bersifat arak-arakan, apresiatif, kompetitif, kolosal
dan spektakuler. Yang dibingkai dalam koreografi gerak sambil berjalan dengan
memunculkan efek visual yang menonjol dengan komposisi dan lintasan yang
dinamis. Sehingga dengan adanya ketentuan teknis seperti itu, semua peserta pasti akan berlomba-lomba untuk
mempersiapkan sebuah sajian yang sesuai dengan petunjuk teknis, karena mereka
ingin tim yang dibawanya bisa menjadi yang terbaik dan bisa mendapatkan
kejuaraan.
Ada sesuatu yang menarik di acara Jatim
Specta Night Carnival yang
diselenggarakan pada tanggal 7 Oktober 2017,
dengan start di Museum Brawijaya, panggung kehormatan di Simpang Balapan
dan Finish Baperwil Kota Malang , yaitu konsistensi panitia penyelenggara
dengan petunjuk teknis yang dibuatnya. Salah satunya adalah pada waktu prosesi
pembukaan di panggung kehormatan, ada sebuah pertunjukan tari kolosal yang
tergarap dengan rapi dan cukup baik dalam durasi yang cukup lama, sehingga
acara utama sebuah pertunjukan
arak-arakan terkesan tersaingi dan bahkan kesilep
atau kalah dengan pertunjukan pada waktu prosesi pembukaan. Idealnya acara yang digarap dengan serius
adalah acara utama yaitu pertunjukan arak-araknya dan untuk acara prosesi di
garap dengan standar saja supaya pertunjukan utama yang bersifat arak-arakan
bisa lebih specta. Kalau memang panitia penyelenggara sudah menyerahkan
pelaksanaan teknisnya ke EO, seharusnya memilih EO yang sesuai, sehingga EO
bisa menyarankan hal yang terbaik untuk sebuah acara. Misalnya acara tersebut
adalah acara yang bersifat arak-arakan otomatis secara teknis akan menfokuskan
sesuai dengan sifat acara tersebut. Jadi terkesan panitia tidak konsisten
dengan acara yang di buat, yaitu Jatim Specta
Night Carnival yang seharusnya bersifat arak-arakan akan tetapi berubah
menjadi pertunjukan diatas panggung yang disajikan di panggung kehormatan pada
waktu prosesi.
Adalagi suatu permasalahan yang
terjadi yaitu panitia penyelenggara sangat marah ketika jarak antara peserta
satu dengan yang lainnya terlalu jauh. Karena akan menyita waktu cukup lama
yang mengakibatkan kurang bagus bagi para pimpinan. Coba kita berfikir bersama,
para peserta ikut dalam acara ini inginnya pasti menang, karena acara ini
adalah acara kompetisi. Sehingga bagaimanapun juga akan berusaha menggarap
sebaik mungkin sesuai dengan petunjuk teknis yang telah disepakati. Ketika
peserta satu menggarap dengan gerak dan peserta yang lain ada yang menggarap
hanya sekedar berjalan biasa. Maka secara logika peserta yang jalan biasa akan
lebih dulu dari pada peserta yang menggunakan gerak sambil berjalan sehingga
dampaknya jarak peserta yang satu dengan yang lain akan
menjadi jauh. Faktor yang lain yaitu adanya kereta hias cukup besar dengan
menggunakan mesin dan ada yang secara manual didorong oleh beberapa
orang, secara otomatis yang menggunakan mesin akan lebih cepat dari yang manual,
sehingga jarak antara peserta yang satu dengan yang lain akan berbeda. Walaupun ada masalah seperti itu, penonton
sendiri tidak mempermasalahkan itu, bahkan dianggap tetap menghibur. sedangkan untuk para peserta juga cukup
menikmati sebagai peraga dalam acara arak –arakan seperti ini.
Sehingga timbul tanda tanya dalam
pikiran saya, untuk siapakah acara ini diadakan? Untuk penonton yang notabene
adalah masrarakat awam, untuk peserta, untuk panitia atau untuk para pimpinan
yaitu para pejabat tinggi. Mungkin ada
sedikit pemikiran untuk di pikirkan, kalau memang acara tersebut untuk
menghibur masyarakat berarti acara yang diselenggarakan kemarin sudah dianggap
sukses kenyataannya penonton cukup banyak dan banyak yang terhibur, karena
memang kebutuhan masyarakat penoton hanya butuh suatu tontonan yang rame, unik
dan jarang diadakan di wilayah tersebut, penonton tadak ada kometar jelek
adanya acara tersebut dan menonton sampai selesainya acara. Kalau acara
tersebut untuk peserta seharusnya panitia memberikan ruang gerak para peserta untuk
berkreasi sesuai dengan keinginan peserta karena bagaimanapun ini bersifat
kompetisi, jadi biarkan para peserta secara liar menterjemahkan karya –karyanya
sesuai dengan petunjuk teknis yang telah disepakati, jadi para seniman punya
cara, strategi dan rasa estetik sendiri-sendiri disesuaikan oleh tingkat pemikiran
mereka. Terlepas dari kesesuaian tema,
jarak antara peserta yang satu dengan yang lain, dan estetika. Jadi siapapun peserta yang tidak sesuai
dengan petunjuk teknis yang dibuat panitia maka dengan sendirinya akan kalah
dalam penilaaian. Karena bagaimanapun juga dewan pengamat punya kewenangan untuk melilih siapapun
pemenangnya dengan mempertanggungjawabkan hasilnya. Kalau memang acara ini untuk panitia ya
seharusnya sebelum mengadakan acara, keinginan panitia pada acara tersebut yang
bagaimana. Jadi tidak akan
terjadi panitia melanggar aturan yang dibuatnya sendiri. Kalau memang acara ini untuk pimpinan
seharusnya acara ini dibuat sepraktis mungkin, meyesuaikan keinginan para
pimpinan. Dengan study kasus yang kemarin bisa diterjemahkan, bahwa slera pimpinan adalah suatu pertunjukan praktis tidak memakan waktu
yang cukup lama dan estetik menurut pandangannya.
Maka
acara Jatim Specta Night Carnival perlu
pemikiran yang matang untuk kita renungkan bersama. Semoga pemikiran diatas
bisa menjadi pemikiran kita bersama -bersama sehingga bisa menghasilkan suatu
acara yang benar-benar specta untuk semua kalangan masyarakat, peserta, panitia
penyelenggara dan para pimpinan atau pejabat. DIMUAT DI
HARIAN DUTA MASYARAKAT, JUM'AT 13 OKTOBER 2017
No comments:
Post a Comment