BAHASA JAWA TERANCAM PUNAH
Mengapa bahasa Jawa terancam punah? Apakah
orang Jawa tidak mempertahankan bahasanya? Atau bagaimana masyarakat Jawa itu
sendiri? Apa yang terjadi sehingga muncul pendapat semacam itu? Kiranya kita
perlu mencari sumber yang menyebabkan terjadinya pernyataan tersebut. Tidak
mungkin ada suatu pernyataan yang terungkap jika tidak ada sebab yang menjadi
gejalanya. Sehingga dapat ditemukan makna sesungguhnya dari pernyataan yang
digambarkan dalam kata-kata tersebut. Tentunya ada sebuah peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat Jawa yang berkaitan dengan bahasa yaitu bahasa Jawa.
Bahasa
merupakan salah satu alat pemersatu dan identitas bangsa dalam komunitasnya
masing-masing, dalam hal ini bahasa Jawa pada komunitas masyarakat Jawa
tentunya. Jika kehidupan bahasa Jawa telah mulai terancam, bagaimana dengan
masyarakatnya? Secara tidak langsung, ketika bahasa Jawa terancam punah, maka
dapat mengakibatkan bercerai-berainya masyarakat Jawa itu sendiri dan
berangsur-angsur hilanglah identitasnya. Hal ini bukanlah masalah kecil dalam
perkembangan budaya masyarakat Jawa, namun karena tidak terungkap secara vulgar
dalam satu kesatuan masyarakatnya, maka tidak dianggap sebagai sebuah masalah
besar yang mengancam dalam kehidupannya. Oleh karena itu, perlulah diadakan suatu
penelitian lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Tentunya
kemungkinan jawaban yang terjadi adalah ya bahasa Jawa memang terancam punah.
Untuk memperoleh jawaban tersebut, ada baiknya kita memperhatikan keadaan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat Jawa berkaitan dengan bahasanya akhir-akhir
ini.
Pengaruh lingkungan
terdekat yang paling menentukan untuk saat ini,
misalnya, dalam kehidupan keluarga
Jawa,
mereka sudah tidak lagi menggunakan bahasa Jawa seperti yang terjadi pada jaman
era orang-orang tua kita dengan
unggah-ungguhing basa Jawa dalam
komunikasinya. Bahkan saat ini mereka lebih banyak menggunakan bahasa
Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh faktor ajaran yang diterima dari orang
tua yang tidak lagi menggunakan bahasa Jawa, apalagi mengajarkan bahasa
Jawanya. Dan faktor lingkungan dalam masyarakat yang tidak lagi mengganggap
penting bahasa Jawa.
Di samping itu, aspek pendidikan pada
pemerintahan yang baru mempunyai kebijakan secara politis merugikan kepentingan
perkembangan bahasa Jawa. Mengapa? bahasa Jawa tidak memberikan ruang
pengembangan bahasa Jawa yang sepadan dengan ilmu lain dari tingkat dasar
sampai lanjut. Kurikulum Sekolah Menengah Atas tidak mengijinkan bahasa Jawa
diajarkan pada anak didik.
Pada level perguruan tinggi, bahasa Jawa sama sekali tidak mendapatkan tempat.
Bahasa Jawa cepat atau lambat akan masuk dalam ranah masa
lampau yang mungkin tak akan dilirik lagi oleh masyarakat pendukungnya.
Masyarakat pendukung kebudayaan Jawa yang seharusnya memakai bahasa ini sebagai medium berekspresi justru bersemangat untuk meninggalkannya. Orang Jawa yang berasal dari kalangan terdidik dan menempati kelas menengah masyarakat Indonesia lebih condong mempergunakan bahasa Inggris, dan Indonesia. Mereka membiasakan anak-anak mereka dengan bahasa Inggris dan Indonesia yang lebih fleksibel, prestise, dan sesuai dengan spirit kemajuan.
Inilah realita sekarang bahasa Jawa seolah menunggu waktu untuk punah, butuh sebuah perjuangan yang berat untuk tetap bisa menjaga keberadaan dan kelestarian bahasa Jawa. Pemerintah dan masyarakat harus saling bahu-membahu untuk menjaga kelestarian bahasa Jawa. Memang kita tidak boleh saling menyalahkan, sebagai orang Jawa minimal kita secara pribadi, harus mau melestarikan dan menggunakan bahasa Jawa.
Masyarakat pendukung kebudayaan Jawa yang seharusnya memakai bahasa ini sebagai medium berekspresi justru bersemangat untuk meninggalkannya. Orang Jawa yang berasal dari kalangan terdidik dan menempati kelas menengah masyarakat Indonesia lebih condong mempergunakan bahasa Inggris, dan Indonesia. Mereka membiasakan anak-anak mereka dengan bahasa Inggris dan Indonesia yang lebih fleksibel, prestise, dan sesuai dengan spirit kemajuan.
Inilah realita sekarang bahasa Jawa seolah menunggu waktu untuk punah, butuh sebuah perjuangan yang berat untuk tetap bisa menjaga keberadaan dan kelestarian bahasa Jawa. Pemerintah dan masyarakat harus saling bahu-membahu untuk menjaga kelestarian bahasa Jawa. Memang kita tidak boleh saling menyalahkan, sebagai orang Jawa minimal kita secara pribadi, harus mau melestarikan dan menggunakan bahasa Jawa.
KESIMPULAN
Setelah
melihat kenyataan sekarang , kita mungkin pesimis dengan gerusan bahasa asing
dan budaya luar yang bertubi memasuki kancah lalu lintas komunikasi lokal dan
apalagi nasional. Bahasa Jawa mau tidak mau akan mengalami nasib yang sama
dengan suku-suku lain yang ada di dunia ketika masyarakat pendukung budayanya
mulai meninggalkan bahasa ini begitu saja. Dalam rentang historis, bahasa Jawa
mengalami proses dinamikanisasi. Artinya ada saatnya bahasa Jawa menjadi
sesuatu yang mutlak dan dibutuhkan untuk sarana legitimasi sosial politik,
namun di sisi lain ada saatnya bahasa Jawa mengalami keruntuhan karena sudah
dianggap tidak sesuai dengan perkembangan globalisasi.
Untuk itu mengembalikan bahasa Jawa sebagai bahasa pergaulan dan tetap eksis mutlak dibutuhkan perjuangan yang amat berat, perlu semua elemen bangsa untuk melakukannya agar bahasa Jawa tidak mengalami fosilisasi dan dapat kembali dipergunakan sebagai bahasa pergaulan dan komunikasi umumnya pada lingkup yang terbatas.
Untuk itu mengembalikan bahasa Jawa sebagai bahasa pergaulan dan tetap eksis mutlak dibutuhkan perjuangan yang amat berat, perlu semua elemen bangsa untuk melakukannya agar bahasa Jawa tidak mengalami fosilisasi dan dapat kembali dipergunakan sebagai bahasa pergaulan dan komunikasi umumnya pada lingkup yang terbatas.
Banyak
cara dan strategi untuk tetap bisa menjadikan bahasa Jawa tidak mengalami
kepunahan, strategi tersebut antara lain :
1.
Ajarkan bahasa Jawa tentu dengan
unggah-ungguhnya dari diri kita dan keluarga kita.
2.
Batasi penggunaan bahasa Indonesia/Inggris
pada lingkup keluarga kita.
3.
Pemerintah harus memberikan porsi mata
pelajaran Bahasa Jawa yang seimbang dengan pelajaran yang lain sekolah-sekolah
dari tingkat TK, SD, SMP dan SLTA.
4.
Di tingkat Perguruan tinggi, Dikti atau
Kopertis menganjurkan kepada Universitas-universitas untuk membuka
Fakultas/Prodi Bahasa Jawa, sehingga ke depan SDM Intelektual bahasa Jawa tetap
masih ada.
Sebenarnya
masih banyak strategi-strategi untuk bisa menjadikan bahasa Jawa tetap lestari,
kita bisa mengambil contoh Negara Jepang, Bahasa dan budaya Jepang disana
sangat dijunjung tinggi, sehingga walaupun Negara Jepang sebuah Negara maju
dengan peradaban yang modern, akan tetapi tidak akan lupa akan budaya dan
bahasa mereka.
PENULIS : ADIYANTO, S.Sn, MM
DOSEN PENGAJAR MATA KULIAH SANSEKERTA, JAWA KUNO DAN SASTRA JAWA
DI STAH MALANG
PAMONG BUDAYA AHLI MUDA
PROVINSI JAWA TIMUR
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arif | Jumat, 23 Nopember 2007 Blog pada WordPress.com.
Fashri Fauzi. Penyingkapan Kuasa Simbol. Yogyakarta: Juxtapose. 2007
Herusatoto, Budiono. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita.1985.