Jineman Untuk Gara-Gara
Setiap latihan karawitan, tidak lupa Pak Prapto
selalu membunyikan Jineman untuk Gara-Gara.
Lalu sebenarnya
apa yang menjadi keunikan dari Syair Jineman tersebut :
Bocah Bajang nggiring angin
anawu banyu segara
ngon-ingone kebo dhungkul
sa sisih sapi gumarang
Bojah bajang menggiring angin
Menguras air lautan
Peliharaannya kerbau bodoh
Beriringan dengan sapi gumarang
Anak bajang
adalah gambaran dari manusia yang lemah, bodoh, rapuh dan berdosa, disatu sisi,
namun disisi lain, ada Roh yang hidup di dalam kerapuhannya.
Menghidupi Roh
yang sempurna di dalam pribadi yang lemah, membutuhkan perjuangan yang tak
berkesudahan.
Diibaratkan
anak bajang menggiring angin dengan sebatang lidi dan menguras samodra dengan
tempurung kelapa, yang tidak akan pernah selesai.
Kecuali Sang
Empunya Kehidupan sudah menganggap cukup.
Seolah Semar
mewartakan kepada seluruh isi hutan belantara itu, mengabarkan kepada seluruh
penghuni dunia, bahwa manusia dikaruniai kelemahan yang ada pada wujud seekor
kerbau, namun di sisi lain juga memiliki kelebihan layaknya sapi gumarang yang
cerdas dan bertanduk tajam.
Dan untuk menggapai kesempurnaan hidup haruslah diupayakan mengharmoniskan antara sifat yang serba kurang, lemah
dan cacat di satu sisi dan sifat yang serba sempurna di sisi yang lain.
manusia
membutuhkan perjuangan panjang, sepanjang umur manusia itu sendiri, seperti
bocah bajang nggiring angin dan nawu segara, menggiring angin dan menguras
lautan, tiada pernah akan selesai.
oleh: Adiyanto