NUMPAK SEPUR- CUBLAK CUBLAK SUWENG NOTASI LAGU DOLANAN (ADIYANTO)
RUMAH SENI BUDAYA......SEKAR ADI WIRAMA........................SALAM BUDAYA................ ....... MARI KITA MELESTARIKAN ( MELINDUNGI, MEMBINA, MENGEMBANGKAN, DAN MEMANFAATKAN SENI BUDAYA................ SEBAGAI ASET BUDAYA BANGSA............. SERTA UNTUK ANAK CUCU KITA SEBAGAI GENERASI PENERUS BANGSA................ MATURNUWUN.....TERIMA KASIH.... SALAM BUDAYA
Search This Blog
22 Oct 2023
Daksa Budaya, Aplikasi Perlindungan Kebudayaan dan Inventarisasi Budaya Jatim
Daksa Budaya, Aplikasi Perlindungan Kebudayaan dan Inventarisasi Budaya Jatim
Oleh : Adiyanto
Pamong Budaya Disbudpar Prov. jatim
Amanat Undang-Undang No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, didalamnya menyatakan terkait perlindungan kebudayaan salah satunya terkait inventarisasi data. Namun amanat Undang Undang tersebut belum dapat dipetakan dalam kerangka yang lebih mudah. Usaha untuk inventarisaasi data yang bisa dilakukan salah satunya adalah program kegiatan pendataan. Inventarisasi data sebagai wujud dari perlindungan kebudayaan dengan mewujudkan Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu yang dapat diakses oleh masyarakat dan terus diperbarui berdasarkan masukan dari para praktisi dan pengguna.
Daksa Budaya adalah
aplikasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur khususnya
Bidang Kebudayaan yang memuat informasi dan publikasi kebudayaan yang berisikan
data kebudayaan antara lain, event budaya, sarana dan prasarana budaya, warisan
budaya takbenda dan yang lainnya terkait dengan kebudayaan dari 38 (tiga puluh
delapan) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Daksa berasal dari
Bahasa Sansekerta yang bermakna ahli, Daksa Budaya juga merupakan akronim dari
Data Kebudayaan dan Sistem Aplikasi Budaya. Daksa Budaya merupakan salah satu
bentuk implementasi Disbudpar Jatim khususnya Bidang Kebudayaan dalam melakukan
upaya pelindungan kebudayaan yakni melalui inventarisasi data. Aplikasi Daksa Budaya
diharapkan menjadi platform data digital yang akan menyebarluaskan data
kebudayaan secara masif kepada masyarakat, dapat pula menjadi dasar kebijakan
bagi pemerintah melalui dinamika data budaya yang dimiliki Disbudpar Jatim
khususnya Bidang Kebudayaan.
Menurut saya aplikasi digital seperti
Daksa Budaya merupakan sebuah terobosan
yang sangat penting dan relevan untuk pemajuan kebudayaan dalam era digital seperti
saat ini. Dengan adanya aplikasi Daksa Budaya tersebut, kita dapat menggali,
melestarikan, dan mempromosikan keberagaman budaya khususnya di Jawa Timur. Ini
adalah peluang besar untuk memperkuat identitas budaya, meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap warisan budaya, dan mendukung pengembangan kegiatan
kebudayaan secara berkelanjutan sebagai wujud dari pemajuan kebudayaan. Secara
keseluruhan, aplikasi Daksa Budaya memiliki potensi besar untuk memajukan
kebudayaan dengan cara yang berkelanjutan dan terarah. Dalam era digital yang
semakin maju, kebudayaan merupakan aset tak ternilai bagi suatu bangsa. Melalui
beragam ekspresi seni, tradisi, dan nilai-nilai budaya, sebuah masyarakat dapat
mengekspresikan identitasnya serta mengenali dan menghargai perbedaan dengan
masyarakat lain.
Salah satu keuntungan utama dari
aplikasi Daksa Budaya adalah memungkinkan akses informasi budaya yang mudah dan
cepat bagi masyarakat luas. Dengan menghadirkan informasi diantaranya mengenai
seni budaya, warisan budaya, tradisi budaya, dan lainnya terkait dengan budaya.
Aplikasi ini memperluas pemahaman masyarakat tentang identitas budaya mereka
sendiri serta memungkinkan mereka untuk memahami kebudayaan orang lain dengan
lebih baik. Hal ini, pada gilirannya, akan meningkatkan toleransi, saling
pengertian, dan kerjasama antarbudaya.
Selain itu, aplikasi Daksa Budaya
dapat menjadi sarana untuk mendorong generasi muda untuk lebih mengenal,
menghargai, dan mengambil bagian dalam budaya mereka sendiri. Dengan dukungan
teknologi dan penggunaan media yang luas, aplikasi ini memiliki potensi untuk
menarik perhatian anak muda, membantu mengatasi risiko kepunahan budaya, serta
menghidupkan kembali praktik dan tradisi yang mulai terpinggirkan oleh
perkembangan modernisasi. Aplikasi ini tidak hanya untuk konsumsi bagi Jawa
Timur akan tetapi aplikasi ini juga dapat menjadi jendela dunia bagi kebudayaan
suatu bangsa. Dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan tampilan yang
menarik, aplikasi ini dapat menarik perhatian pengunjung dari berbagai wilayah.
Dengan demikian, pemajuan kebudayaan dapat ditingkatkan, membawa manfaat
ekonomi bagi masyarakat setempat serta meningkatkan citra positif suatu bangsa
di mata dunia.
Tentu saja, aplikasi Daksa Budaya
harus dibangun dengan berhati-hati dan dengan mengedepankan partisipasi
masyarakat secara luas. Melibatkan para ahli budaya, seniman, dan komunitas
lokal dalam proses pendataan adalah kunci untuk menghadirkan informasi yang
akurat dan menyeluruh. Keterlibatan masyarakat juga dapat memberikan rasa
memiliki terhadap aplikasi ini, sehingga diharapkan akan lebih banyak orang
yang aktif berkontribusi untuk memastikan keberlanjutan dan pengembangan
aplikasi ini.
Namun, perlu diingat bahwa aplikasi Daksa
Budaya bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sebuah alat untuk mencapai tujuan
yang lebih besar, yaitu melestarikan, mempromosikan, dan memajukan kebudayaan sebagai
wujud seperti yang di amanatkan dalam Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan. Oleh
karena itu, selain menginventarisasi data budaya, perlu ada upaya konkret untuk
mendukung seniman dan pelaku budaya, menyediakan fasilitas untuk pelestarian seni
budaya, serta menghadirkan edukasi budaya secara menyeluruh di masyarakat.
Aplikasi Daksa Budaya, dalam teorinya,
mungkin tampak sebagai langkah maju untuk memajukan kebudayaan. Namun, seperti
banyak aplikasi teknologi lainnya, aplikasi seperti ini juga memiliki kelemahan
tujuan sebenarnya untuk pemajuan kebudayaan. Diantaranya adalah penggantian
nilai tradisional dengan teknologi. Aplikasi Daksa Budaya berpotensi
menggantikan interaksi langsung dengan nilai-nilai budaya tradisional dengan
teknologi. Dalam mengandalkan aplikasi, generasi muda mungkin kehilangan
pengalaman belajar dan menghayati kebudayaan melalui interaksi fisik dan
pengalaman langsung dengan para sesepuh atau tokoh budaya.
Aplikasi ini mungkin hanya menyajikan
gambaran permukaan tentang kebudayaan, tanpa mampu menangkap esensi dan
kedalaman dari tradisi-tradisi budaya tersebut. Pengguna aplikasi mungkin
merasa puas hanya dengan mengetahui hal-hal dasar tanpa benar-benar memahami
atau mengalami kehidupan sehari-hari dalam kebudayaan tersebut. Aplikasi ini
mungkin dapat mengurangi interaksi sosial dalam memajukan kebudayaan. Penting
untuk diakui bahwa budaya sering kali ditransmisikan melalui interaksi langsung
antara generasi yang lebih tua dan muda, tetapi aplikasi ini dapat menyebabkan
pengurangan dalam pertukaran pengetahuan budaya secara lisan. Meskipun aplikasi
Daksa Budaya mungkin memiliki beberapa manfaat, perlu juga diakui potensi
dampak negatifnya. Penting untuk selalu mempertimbangkan keseimbangan antara
teknologi dan kebudayaan, serta mendekati inovasi digital dengan hati-hati agar
tujuan pemajuan kebudayaan tetap terjaga dan nilainya tidak terkikis. Sementara
aplikasi Daksa Budaya mungkin menawarkan beberapa manfaat dalam upaya memajukan
kebudayaan, penting untuk secara kritis mempertimbangkan dan mencari cara-cara
yang lebih seimbang untuk melestarikan dan menghargai kekayaan budaya tanpa
kehilangan esensinya.
Secara keseluruhan, aplikasi Daksa Budaya
memiliki potensi besar dalam memajukan kebudayaan dengan cara yang inklusif dan
berkesinambungan. Dengan mendorong kolaborasi, pelestarian, dan pemanfaatan
teknologi, dengan kelebihan dan kekurangannya aplikasi ini membuka pintu bagi
keberlanjutan perkembangan budaya. Namun, implementasi yang bijaksana dan
perhatian terhadap aspek privasi, pelibatan masyarakat luas menjadi kunci
kesuksesan agar aplikasi ini benar-benar menjadi alat yang bermanfaat dan
mendukung pemajuan kebudayaan secara berkelanjutan.
EKSISTENSI WAYANG KULIT: ANTARA TRADISI DAN TRANSFORMASI DI ERA MILENIAL
https://www.pewartapos.com/eksistensi-wayang-kulit-antara-tradisi-dan-transformasi-di-era-milenial/
EKSISTENSI WAYANG KULIT: ANTARA TRADISI DAN
TRANSFORMASI DI ERA MILENIAL
Penulis : Adiyanto
Pamong Budaya Ahli Muda
Wayang kulit, seni pertunjukan tradisional Indonesia yang kaya akan sejarah dan makna, sedang menghadapi tantangan besar dalam menjaga eksistensinya di era milenial ini. Meskipun dianggap sebagai salah satu warisan budaya tak benda dunia oleh UNESCO, seni wayang kulit kini perlu menghadapi berbagai dinamika yang ada dalam masyarakat modern. Namun, perjuangan untuk tetap eksis harus dianggap sebagai suatu usaha berharga yang patut kita dukung. Wayang kulit, dengan segala keindahan dan kompleksitasnya, telah menjadi bagian penting dari sejarah dan identitas budaya Indonesia. Namun, di tengah kemajuan teknologi yang memudahkan aksesibilitas informasi dan hiburan, banyak generasi muda cenderung lebih tertarik pada hal-hal yang lebih modern dan instan. Oleh karena itu, perjuangan wayang kulit untuk tetap relevan di era milenial adalah suatu keniscayaan.
Di era milenial ini, eksistensi wayang kulit bertransformasi dan menemukan cara untuk tetap relevan. Salah satu faktor kunci dalam menjaga eksistensinya adalah adaptasi terhadap teknologi. Pertunjukan wayang kulit kini dapat diakses secara daring melalui berbagai platform digital. Hal ini memungkinkan generasi milenial untuk mengakses dan mengapresiasi seni ini tanpa harus menghadiri pertunjukan langsung. Selain itu, wayang kulit juga berperan dalam mendukung pariwisata budaya di Indonesia. Banyak wisatawan dari seluruh dunia tertarik untuk menyaksikan pertunjukan wayang kulit dan mempelajari tentang budaya Indonesia melalui seni ini. Ini memberikan peluang ekonomi bagi komunitas wayang kulit dan juga membantu melestarikan tradisi ini.
Meskipun dihadapkan pada tantangan ini, wayang kulit telah menunjukkan ketahanannya. Sebagian besar kelompok seniman dan dalang telah berupaya keras untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Mereka tidak hanya mempertahankan tradisi wayang kulit, tetapi juga mencoba untuk menghadirkan inovasi dan kreasi baru yang relevan dengan zaman saat ini. Beberapa di antaranya telah menggunakan media sosial dan teknologi modern untuk memperluas jangkauan penonton mereka.
Namun, penting untuk diingat bahwa eksistensi wayang kulit tidak hanya tentang transformasi teknologi. Ini juga tentang bagaimana masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, dapat terlibat dalam melestarikan dan menghormati warisan budaya ini. Sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan dapat memasukkan pembelajaran tentang wayang kulit dalam kurikulum mereka, sehingga generasi milenial memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang nilai budaya ini.
Kita harus menghargai bahwa wayang kulit bukan hanya bentuk seni yang indah, tetapi juga sarana untuk menyampaikan nilai-nilai dan moral yang berharga. Eksistensinya di era milenial ini menunjukkan bahwa budaya dan tradisi kita memiliki daya tahan yang kuat, asalkan kita mau beradaptasi dengan zaman. Mencintai dan melestarikan wayang kulit adalah cara kita menjaga akar budaya kita yang kaya dan merayakan keunikan kita sebagai bangsa Indonesia.
Di tengah laju modernisasi dan globalisasi, eksistensi wayang kulit menjadi terancam. Generasi milenial yang tumbuh dalam era digital cenderung lebih tertarik pada hiburan yang lebih kontemporer seperti media sosial, streaming, dan video game. Hal ini menuntut para dalang (pemain wayang) untuk mencari cara-cara baru untuk menarik perhatian generasi muda. Mereka harus mengintegrasikan elemen-elemen teknologi dan mengemas pertunjukan wayang dalam format yang lebih modern, seperti menggunakan animasi, video mapping, atau mengadopsi cerita-cerita yang lebih relevan dengan isu-isu kontemporer.
Namun, perjuangan wayang kulit untuk tetap eksis di era milenial bukanlah semata-mata tugas para dalang. Pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat juga harus berperan aktif dalam mendukung pelestarian seni budaya ini. Ini dapat dilakukan melalui pendanaan untuk pelatihan dan pendidikan bagi generasi muda yang tertarik untuk menjadi dalang, penyelenggara festival dan pertunjukan wayang, serta kampanye pendidikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya kita.
Selain itu, kita juga perlu menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam wayang kulit, seperti moralitas, kebijaksanaan, dan solidaritas. Seni wayang bukan hanya pertunjukan, tetapi juga merupakan cerminan nilai-nilai budaya kita yang kaya. Oleh karena itu, menjaga eksistensi wayang kulit adalah upaya untuk melestarikan identitas dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.
Dalam menghadapi tantangan eksistensi di era milenial ini, wayang kulit membutuhkan dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat. Kita harus melihatnya sebagai bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya kita yang harus dijaga dan diperbarui agar tetap relevan. Dengan upaya bersama, wayang kulit akan terus bersinar dan tetap menjadi bagian penting dari budaya Indonesia yang kita cintai. penting bagi kita untuk menggabungkan tradisi dengan transformasi. Wayang kulit memiliki potensi yang besar untuk terus menginspirasi, mendidik, dan menghubungkan kita dengan budaya kita yang kaya. Mari kita bersama-sama menjaga warisan budaya kita ini agar tetap hidup dan berkembang di era yang terus berubah ini.
https://www.pewartapos.com/eksistensi-wayang-kulit-antara-tradisi-dan-transformasi-di-era-milenial/WEJANGAN KYAI SEMAR (KI ULAR-ULARAN PITUTUR BECIK SUPOYO URIP AYEM TENTREM)- ADITYASTUTI
WEJANGAN KYAI SEMAR - ADITYASTUTI KI ULAR-ULARAN PITUTUR BECIK SUPOYO URIP AYEM TENTREM ABOT ENTHENGE URIP KUWI KABEH MUNG KARI NGLAKONI,...