DJOKO LANGGENG.
DJOKO ADI CARITO
Djoko
Langgeng yang dikenal dengan panggilan nama Djoko adalah anak dari
pasangan seniman dalang yaitu Ki Gondo Tukasno dengan Ibu Subini, dari
Manjungan, Ngawen Klaten Jawa Tengah, Djoko Langgeng menpunyai nama lain
yaitu Djoko Adi Carito, Djoko Langgeng Soedarsono, dan Djoko Langgeng
Suryo Alam. Pada masa remaja ia pernah tinggal bersama Ki Dalang Wiro
Warsono atau ia menyebut Mbah Soran, karena Mbah Soran masih adik dari
kakeknya yang bernama Ki Dalang Harjo Martono dari Kwiran Klaten, beliau
di sebut Mbah Soran karena berasal dari desa Soran Klaten, Ia juga
pernah nyantrik untuk belajar ndalang di desa Samber, Kabupaten Klaten
di rumahnya Ki Dalang Puspo Pandoyo, Beliau adalah adik Ibunya Djoko
langgeng yang bernama Ibu Subini, karena Ia lama nyantrik disana maka Ia
mencintai anak Ki Puspo Pandoyo yang akhirnya Djoko Langgeng menikah
dengan anaknya yang pertama bernama Endang Sutarmi. Dari pernikashan
itu Ia mempunyai lima anak yaitu :
1. Sri Ajeng Sulistyo Rini
2. Adiyanto
3. Slamet Sri Raharjo
4. Kristianto
5. Nulik Wulandari
Pada waktu menikah Djoko Langgeng beserta istri nyantrik di Semarang
dengan Ki Dalang Slamet, istri Ki Dalang Slamet adalah kakak ayahnya
yaitu Ki Dalang Gondo Tukasno. setelah beberapa lama Djoko Langgeng
mulai hidup sendiri dengan keluarganya di Solotigo, Semarang dan mulai
kariernya sebagai seorang dalang dan istrinya sebagai sinden. Mulai
tahun 1989 Djoko Langgeng pindah tempat ke Dusun Sumber, Desa Tiru
Kidul, Kec. Gurah, Kab. Kedir, Prov. Jawa Timur sampai sekarang.
DJOKO LANGGENG BERKARYA
Djoko
Langgeng bisa membuat wayang kulit sudah sejak remaja, ia membuat
wayang kulit mendapat pengalaman dari banyak orang. Wayang kulit yang ia
buat bukan hanya wayang kulit biasa, banyak orang yang bilang wayang
kulit buatannya adalah wayang pedalangan, karena memang dalam hal
membuat wayang Ia tidak berfikir bahwa wayang yang Ia dibuat tidak untuk
di jual, tapi Ia membuat wayang berdasarkan hobi atau kesukaan, dan
didalam pikirannya membuat wayang kulit itu adalah untuk kebutuhan Dia
didalam mendalang karena Ia sendiri adalah seorang dalang. Ciri khas
wayang kulit buatannya adalah di leher wayang ada bubukan satu setelah langgatan, dan di kuping wayang kulit sebelah atas di tengah kuping bukan unther tapi lengkung lincip.
Pada
waktu di Solotigo Ia membuat wayang Patihan Sabrang yang kepalanya bisa
putus digunakan pada waktu ia mendalang. patihan tersebut di gunakan
pada waktu perang gagal, Ia juga membuat buto babrah yang kepalanya juga
bisa putus untuk perang sekar pada waktu perang dengan gatutkoco yaitu
perang samberan yang kemudian kepala buto tersebut di putus dan dibawa
terbang ke angkasa. Dulu pada waktu wayang yang kepalanya bisa putus
ketika wayang tersebut kepalanya putus langsung bisa mengeluarkan darah,
tapi karena darah wayang tersebut dapat mengotori kelir wayang maka
sekarang untuk pemakaian darah yang keluar sudah tidak dilakukan lagi.
Kemudian Ia mengarang barisan prajurit yang kaki dan tangannya bisa
bergerak, kemudian ada orang yang membawa bedug atau jidor di depan
perutnya, serta setanan yang aneh aneh seperti setan yang matanya bisa
mengeluarkan cahaya dan sebagainya. Wayang wayang tersebut digunakan
untuk mengisi pada waktu setelah budalan wadyo bolo untuk mengisi
geculannya. Yang sampai sekarang sudah digunakan oleh dalang-dalang
lainnya.
Ia juga pernah mengarang senjata berupa gada
yang bisa bercahaya ketika senjata gada tersebut di adu. Senjata itu di
gunakan pada waktu perang gagal.
Ia juga menciptakan
senjata gada yang di gunakan untuk perang tapi karena gada tersebut
pecah langsung menjadi kampak, setelah senjata kampak hancur langsung
jadi tumbak. jadi senjata gada tersebut seperti tree in one, satu senjata tiga fungsi.
Ketika Ia terinspirasi dengan wayang orang maka Ia mengarang cakil dengan wajah cakil wayang orang , yang di sebut cakil Rai Wong yang
sampai sekarang sudah menyebar dan banyak digunakan oleh dalang-dalang
sampai sekarang. Ketika Ia kenal dengan dalang yang bernama Ki Darman
Gondo Darsono dari Sragen, Ia mulai membuatkan wayang untuk Beliau yang
di sebut wayang Ramayana satu kotak yang sekarang wayang tersebut di
koleksi dan dipakai oleh Ki Mantep Soedarsono dari Tawangmangu Jawa
Tengah, yang sampai sekarang banyak irah- irahan wayang ramayana
tersebut menjadi inspirasi bayak dalang untuk berkarya dalam membuat
wayang kulit. Ia juga membuat patihan sepuh dan pendito sepuh gundul
yang Ia biasa menyebut patih mentaun dan pendito li ceng swi yang
sampai sekarang sudah menyebar digunakan dalang-dalang. Dengan adanya
wayang ramayana tersebut Ia juga menciptakan wayang mahabarata satu
kotak yang sekarang menjadi koleksi di Jakarta oleh Bapak Kondang. Ia
juga membuatkan wayang wahyu untuk orang belanda satu kotak.
Ia juga pernah membuat wayang wahyu/ wayang kulit kristen yang di pesan oleh orang belanda satu kotak.
Karena Ia sudah lama tinggal di kediri maka Ia terinspirasi untuk
membuat wayang kediren yang sampai sekarang ia mulai berkarya terus
untuk melengkapi wayang kediren tersebut. Ia Juga terkenal dengan
sebutan Dokter Wayang Kulit karena banyak wayang Kulit yang rusak tetapi
wayang tersebut menjadi utuh kembali malah kadang bisa saja wayang
tersebut berubah menjadi tokoh wayang lain yang menurut Dia lebih
menjadi baik, sehingga wayang kulit yang rusak tersebut bisa menjadi
utuh kembali dan lebih berarti.
Ki Djoko Langgeng bersama Bapak Sangit yang menjadikan inspirasi membuat tokoh wayang kulit pendito li ceng swi
No comments:
Post a Comment