ESELON III DAN IV DI HAPUS,
PAMONG BUDAYA AKAN BERTAMBAH
Selama ini
jabatan fungsional Pamong
Budaya khususnya di Jawa Timur didalam kinerjanya masih kurang maksimal, hampir prosentase kinerja
fungsional Pamong Budaya hanya sebatas ikut menjadi panitia pergelaran, panitia
sarasehan, panitia workshop, dan yang lainnya. Dikarenakan jabatan fungsional
Pamong Budaya di Jawa Timur penempatannya masih di titipkan di Bidang, atau
Upt, yang mana pertanggung jawabanya untuk kinerja sebatas untuk membantu di
Bidang. Sehingga kinerja fungsional juga lebih banyak menekankan pada kinerja
administrasi di bidag maupun Upt, ketimbang pekerjaan yang sesuai dengan
jabatan fungsionalnya Pamong Budaya.
Jawa Timur sendiri dalam hal jumlah
jabatan fungsional Pamong Budaya masih kurang, sehingga pekerjaan dalam hal
pengembangan, pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan di bidang kebudayaan
masih kurang maksimal. Jabatan fungsional Pamong Budaya selalu kalah pamor dari
jabatan struktural yang lebih bergengsi dan dihormati masyarakat. Jabatan Kepala Bidang, Kepala UPT, kepala Seksi, lebih sering didengar orang dan
memiliki derajat lebih di mata masyarakat ketimbang misalnya Pamong Budaya, Penerjemah, Peneliti atau yang
lainya. padahal pangkat dan golongannya setara. Karena jabatan struktural ibarat
kerajaan yang mengenal kasta, mulai dari brahmana setingkat Sekda hingga sudra sekelas staf biasa.
Semakin tinggi derajat semakin tinggi pula wewenang dan perintahnya harus
dituruti oleh para bawahan
yang menjadi anak buahnya. Itulah
yang membedakan dengan jabatan fungsional yang lebih egaliter karena
prestasinya dinilai dari pekerjaan atau fungsi yang telah dikerjakan, bukan
karena perintah sana sini.
Keinginan Bapak Presiden tentang penghapusan eselon III dan
IV tentu patut kita apresiasi bersama, mengingat
terlalu banyaknya jabatan struktural membuat kinerja di birokrasi menjadi lambat karena harus menunggu perintah secara
berjenjang. Suatu contoh
untuk mendapatkan disposisi dari Kepala Dinas hingga ke staf saja bisa memakan
waktu cukup lama, Hal ini disebabkan karena banyaknya para pemimpin dibawahnya mulai dari Sekretaris, Kepala Bidang, maupun Kepala
Upt (eselon III), kemudian di sambung ke Kasubag, Kasi (eselon IV), sehingga
memakan waktu yang cukup lama
dan panjang. Pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan dengan cepat
menjadi lambat karena banyaknya eselon
III dan IV yang harus dilalui sebelum melaksanakan tugas. Sehingga terkesan ada “raja-raja”
kecil dibawah Kepala Dinas.
Selain itu banyak sekali Kepala Upt,
Kepala Bidang (eselon III) yang membuat kebijakan sendiri dan tidak sesuai
dengan aturan yang ada, yang mana seharusnya dasar aturan tingkat Provinsi itu adalah Perda, Pergub dan
yang lainnya. Jadi terkesan adanya Eselon III adalah bagian dari “raja-raja”
kecil yang mempunyai kewenangan membuat kebijakan atau keputusan yang kadang
tidak sesuai dengan aturan yang ada, entah itu masalah kebijakan honor Dinas
Luar (DL), kegiatan dan yang lainnya, ada yang bilang “ Desa mawa cara, Negara mawa tata”
yang artinya setiap UPT maupun Bidang punya cara sendiri-sendiri dalam
membuat aturan, sehingga terkesan ada kerajaan- kerajaan kecil yang hidup di Pemerintahan tingkat Provinsi. Para
"raja- raja" kecil ini kebanyakan
berfungsi hanya menyalurkan dan mendistribusikan perintah saja pada bawahannya,
selebihnya rapat sana sini dan lobby-lobby untuk kepentingan tertentu.
Namun untuk
merombak birokrasi dan
menghapus eselon III dan IV bukanlah hal yang mudah apalagi dengan cara
yang ekstrim. Saya sempat
berfikir eselon III yang biasanya dilayani
dan biasa memerintah, saat ini menjadi pejabat fungsional entah itu fungsional
umum/pelaksana maupun fungsional tertentu, yang secara kewenangan untuk membuat
dilayani dan memerintah selayaknya pimpinan sudah tidak ada karena jabatan
funsional sifatnya adalah egaliter.
Dengan adanya kondisi seperti ini yang akan terjadi, akan semakin banyak pegawai pemerintahan yang menduduki
Jabatan Fungsional umum/ pelaksana maupun Jabatan fungsional Tertentu, seperti
salah satunya jabatan fungsional Pamong Budaya. Dengan demikian dampak posistif
yang terjadi akan banyak persaingan sehat dalah hal kinerja PNS, sehingga
pekerjaan akan dapat diselesaikan secara profesional sesuai dengan jabatan
fungsionalnya tentunya disesuaikan dengan profesi dan keahliannya. Sehingga setiap PNS yang menyandang Jabatan Fungsional akan berusaha
mengamankan posisi jabatan
fungsionalnya sendiri dan
akan menimbulkan persaingan sehat di antara sesama pegawai untuk saling menyelesaikan
pekerjaannya sesuai dengan tupoksi yang melekan pada jabatan Fungsional
tersebut.
Secara
pribadi saya lebih setuju jabatan fungsional di dihidupkan dan difungsikan sesuai dengan tugasnya. Seperti misalnya Fungsional
Pamong Budaya. Bukan lagi jabatan struktural yang hanya digunakan untuk ajang bergengsi dan
hanya menghabiskan anggaran namun hasilnya tak sesuai harapan. Dengan adanya penghapusan eselon III
dan IV ini, maka akan banyak sekali yang beralih ke jabatan Fungsional salah
satunya Pamong Budaya, yang mana jabatan fungsional Pamong Budaya kurang
dilirik oleh para PNS di Jawa Timur. Akan tetapi dengan adanya kebijakan
penghapusan eselon III dan IV ini, mau tidak mau yang tadinya mempunyai Jabatan
Struktural setingkat eselon III dan IV harus beralih ke Jabatan Fungsional. Bagi
yang mempunyai profesi dan keahlian di bidang budaya bisa beralih ke Jabatang
Fungsional Pamong Budaya yang mana sesuai dengan keahlian yang di tekuninya.
Sehingga dengan banyaknya Jabatan Fungsional
Pamong Budaya di Jawa Timur, di harapkan untuk pengambilan kebijakan dan
keputusan di bidang Kebudayaan khususnya bisa lebih fokus oleh eselon II atau
setingkat Kepala Dinas, dan langsung ditindaklanjuti oleh Pejabat Fungsional Pamong
Budaya untuk dilaksanakan, sehingga proses kinerja di bidang kebudayaan bisa
langsung di kerjakan. Sehingga pelayanan di bidang Kebudayaan bisa langsung
ditangani dengan cepat. Tentunya Pejabat Fungsional Pamong Budaya harus sesuai
dengan kompetensi, profesi dan spesialisasinya, sehingga diharapkan dapat
melengkapi fungsi birokrasi yang nantinya secara kinerja bisa lebih cepat dan
dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Penulis
Nama : Adiyanto,S.Sn, MM
Pamong Budaya Ahli Muda
No comments:
Post a Comment