RUMAH SENI BUDAYA......SEKAR ADI WIRAMA........................SALAM BUDAYA................ ....... MARI KITA MELESTARIKAN ( MELINDUNGI, MEMBINA, MENGEMBANGKAN, DAN MEMANFAATKAN SENI BUDAYA................ SEBAGAI ASET BUDAYA BANGSA............. SERTA UNTUK ANAK CUCU KITA SEBAGAI GENERASI PENERUS BANGSA................ MATURNUWUN.....TERIMA KASIH.... SALAM BUDAYA
Search This Blog
31 Jan 2018
CAMPURSARI KOPLO REKONSILIASI MAJAPAHIT PAJAJARAN
23 Jan 2018
SENI PEDALANGAN DALAM KAMPANYE POLITIK
3 Jan 2018
MAKALAH "GAMELAN SEBAGAI WARISAN BUDAYA STRATEGI PELESTARIAN DAN PEMBERDAYAAN DI JAWA TIMUR"
GAMELAN SEBAGAI
WARISAN BUDAYA
STRATEGI
PELESTARIAN DAN PEMBERDAYAAN
DI JAWA TIMUR
Oleh: Adiyanto,
S.Sn, MMPd
Pamong Budaya
Ahli Muda Disbudpar Jatim
PENDAHULUAN
Gamelan merupakan
salah satu bentuk seni tradisional Indonesia yang memiliki nilai estetika
tinggi serta mencerminkan keragaman budaya Nusantara. Sebagai warisan budaya
tak benda, gamelan tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga
memiliki dimensi filosofis, sosial, dan spiritual yang mendalam. Instrumen ini
hadir sebagai bagian integral dari berbagai tradisi, ritual keagamaan, serta
ekspresi seni di masyarakat Jawa, Bali, Sunda, dan beberapa wilayah lain di
Indonesia. Di Jawa Timur, gamelan memainkan peran yang sangat penting dalam
kesenian tradisional dan tetap eksis di tengah dinamika sosial dan budaya yang
berkembang.
Makalah ini berfokus
pada kajian mendalam mengenai pelestarian gamelan di Jawa Timur, dengan
perhatian khusus pada produksi, penggunaan, serta persebaran gamelan di wilayah
tersebut. Berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi oleh para pengrajin dan
pengguna gamelan di Jawa Timur, baik dalam konteks ekonomi, sosial, maupun
budaya, menjadi inti pembahasan dalam makalah ini. Jawa Timur, sebagai salah
satu provinsi dengan keberagaman budaya yang kaya, memiliki peran strategis
dalam mempertahankan eksistensi gamelan sebagai warisan budaya yang tak
ternilai.
Secara garis
besar, kajian ini meliputi enam poin utama, yaitu: tata kelola jaringan dan
standar produksi gamelan di Jawa Timur, kajian ketersediaan bahan baku gamelan
di wilayah Jawa Timur, identifikasi kelompok pengrajin gamelan yang masih aktif
di Jawa Timur, kajian terhadap komunitas pengguna gamelan, baik individu maupun
kelompok, di Jawa Timur, analisis faktor ekonomi, sosial, dan budaya yang
memengaruhi kelestarian gamelan di Jawa Timur, pemetaan persebaran gamelan di
berbagai daerah di Jawa Timur dan dampaknya terhadap pelestarian seni ini. Melalui
pendekatan ini, diharapkan dapat diperoleh rekomendasi strategis untuk
pelestarian gamelan di Jawa Timur, sekaligus meningkatkan apresiasi masyarakat
terhadap seni tradisional yang sangat berharga ini.
ANALISIS TATA KELOLA JARINGAN DAN STANDAR
PRODUKSI GAMELAN DI JAWA
TIMUR
Di Jawa Timur, tata
kelola jaringan dan standar produksi gamelan sangat dipengaruhi oleh tradisi
panjang yang telah ada sejak zaman kerajaan. Gamelan di wilayah ini tidak hanya
diproduksi di pusat-pusat besar seperti Surabaya, Malang, atau Banyuwangi, tetapi
juga di berbagai daerah yang memiliki komunitas seni yang aktif. Produksi
gamelan di Jawa Timur memiliki karakteristik tertentu, terkait dengan bahan
baku, teknik pembuatan, serta hubungan antara pengrajin dan pengguna gamelan.
Berdasarkan analisis terhadap perkembangan industri gamelan di Jawa Timur,
dapat digolongkan dalam empat kategori utama yang mencerminkan kualitas dan
skala produksi:
1.
Kategori A: Besalen (Pusat Produksi Gamelan
Kualitas Tinggi)
Besalen, sebagai
tempat pembuatan gamelan berkualitas tinggi, memiliki peran yang sangat penting
di beberapa daerah di Jawa Timur. Besalen di wilayah ini, seperti di Magetan
dan Ponorogo, tetap mempertahankan metode tradisional dalam produksi gamelan,
terutama gamelan berbahan perunggu (gangsa).
·
Proses Produksi: Proses
produksi di besalen melibatkan pengrajin yang sangat ahli (empu) yang
memproduksi gamelan secara manual. Penggunaan bahan baku tembaga dan timah
dalam rasio tertentu, serta pelaksanaan pelarasan dan perakitan, dilakukan
dengan penuh ketelitian untuk menghasilkan suara yang jernih dan harmonis. Di
Jawa Timur, besalen seperti yang terdapat di Magetan menjadi pusat produksi
yang tidak hanya melayani pasar lokal tetapi juga mendapatkan pesanan dari luar
negeri.
·
Standar Produksi:
Gamelan yang dihasilkan di besalen memiliki kualitas suara dan bentuk yang
sangat tinggi. Besalen memproduksi berbagai jenis instrumen, seperti bilah,
gong, pencon, kenong, dan gong ageng, yang membutuhkan proses pembuatan rumit
dan berkualitas. Standar produksi yang diterapkan di besalen mencakup
ketelitian dalam pemilihan bahan baku, teknik pembuatan, serta kondisi kerja
yang kondusif bagi para empu.
2.
Kategori B: Bengkel Plus (Produksi Gamelan
dengan Bahan Campuran)
Bengkel plus di Jawa
Timur berperan dalam memenuhi permintaan gamelan dengan kualitas yang sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan produk besalen, namun tetap mempertahankan
keaslian dan kualitas suara yang baik. Pengrajin di kategori ini memproduksi gamelan
menggunakan bahan perunggu, kuningan, dan besi.
·
Proses Produksi: Di
bengkel-bengkel seperti di Kabupaten Magetan dan Tulungagung, pengrajin
memanfaatkan teknik las dan tempa untuk menghasilkan instrumen berbahan besi
dan kuningan. Sementara itu, untuk bahan perunggu, proses pembuatan tetap
mengikuti teknik tradisional meskipun dalam skala yang lebih kecil.
·
Standar Produksi:
Meskipun tidak sekompleks besalen, bengkel plus menghasilkan gamelan dengan
kualitas suara yang cukup baik dan harga yang lebih terjangkau. Gamelan jenis
ini banyak diproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal dan beberapa
paguyuban seni yang ada di daerah.
3.
Kategori C: Bengkel (Produksi Gamelan dengan
Bahan Besi dan Kuningan)
Bengkel kategori ini
lebih berfokus pada produksi gamelan berbahan besi dan kuningan yang lebih
ekonomis. Bengkel-bengkel ini sering ditemukan di daerah-daerah seperti
Mojokerto dan Nganjuk, yang memiliki pasar lokal yang cukup besar untuk
gamelan.
·
Proses Produksi:
Proses produksi di bengkel ini lebih sederhana dibandingkan dengan besalen dan
bengkel plus. Gamelan berbahan besi dan kuningan diproduksi dengan menggunakan
teknik pemotongan, penyambungan, dan pelarasan yang lebih praktis.
·
Standar Produksi:
Gamelan yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, meskipun tidak sebaik
produk dari besalen atau bengkel plus. Gamelan jenis ini lebih banyak
diproduksi untuk acara-acara komunitas dan pertunjukan lokal dengan harga yang
lebih terjangkau.
4.
Kategori D: Pertukangan (Pembuatan Bagian
Pendukung Gamelan)
Di Jawa Timur,
terdapat banyak pengrajin yang mengkhususkan diri dalam pembuatan bagian
pendukung gamelan, seperti rancakan, plangkan, kendang, dan siter. Pembuatan
bagian-bagian ini sering dilakukan di daerah-daerah yang memiliki tradisi
karawitan yang kuat, seperti di Surabaya, Blitar, dan Malang.
·
Proses Produksi:
Proses pembuatan rancakan dan plangkan melibatkan penggunaan kayu jati atau
kayu nangka yang dipilih dengan cermat untuk memastikan kekuatan dan ketahanan
instrumen. Pengrajin di kategori ini menggunakan teknik ukir atau pelapisan
untuk mempercantik tampilan gamelan.
·
Standar
Produksi: Kualitas rancakan dan plangkan berperan penting dalam
keseluruhan kesan visual gamelan. Walaupun tidak mempengaruhi kualitas suara
secara langsung, bagian pendukung ini turut menentukan estetika dari set
gamelan yang dihasilkan.
Tata Kelola Jaringan Pengrajin Gamelan di Jawa Timur
Jawa Timur
memiliki jaringan pengrajin gamelan yang saling terkait antara produsen besar
(besalen) dengan pengrajin kecil (bengkel dan pertukangan). Pengrajin yang
lebih besar sering menjadi acuan bagi pengrajin kecil dalam hal pengetahuan,
teknik, dan bahan baku. Misalnya, pengrajin di Magetan yang memproduksi gamelan
perunggu berkualitas tinggi seringkali menjadi rujukan bagi pengrajin di daerah
lain yang hanya mampu memproduksi gamelan dengan bahan besi atau kuningan.
Selain itu, beberapa
pengrajin besar juga memiliki sistem pembagian kerja dengan pengrajin yang
lebih kecil, di mana pengrajin besar memproduksi instrumen utama seperti gong
atau kenong, sementara pengrajin kecil memproduksi bagian lainnya, seperti
bilah atau saron. Hal ini menciptakan jaringan produksi yang terintegrasi dan
saling mendukung.
KAJIAN TERHADAP KETERSEDIAAN BAHAN BAKU
Bahan baku memainkan
peran yang sangat penting dalam produksi gamelan, baik untuk menjaga kualitas
suara maupun daya tahan instrumen. Secara organologis, bahan baku yang
digunakan untuk satu perangkat gamelan mencakup logam seperti perunggu, besi,
kuningan, serta bahan pendukung lain seperti kayu dan kulit. Kajian terhadap
ketersediaan bahan baku ini memberikan gambaran tentang tantangan yang dihadapi
pengrajin gamelan dalam mengakses bahan berkualitas tinggi dengan harga yang
terjangkau.
Di Jawa Timur,
ketersediaan bahan baku bervariasi berdasarkan jenis gamelan yang diproduksi
dan lokasi pengrajin. Kajian ini mencakup bahan baku utama seperti perunggu,
besi, kuningan, kayu, dan kulit, yang tersebar di berbagai daerah di Jawa
Timur.
1.
Perunggu atau Gangsa
Perunggu, yang
merupakan campuran tembaga dan timah dengan rasio 10:3, adalah bahan baku utama
untuk produksi gamelan berkualitas tinggi. Bahan ini memiliki sifat akustik
yang unggul, menjadikannya pilihan utama untuk membuat bilah, pencon, dan gong.
Di Indonesia, tembaga dan timah tersedia dalam jumlah yang cukup karena negara
ini memiliki tambang-tambang besar. Namun, kendala utama yang dihadapi
pengrajin adalah harga bahan baku yang tinggi. Sebagai industri rumahan,
pengrajin gamelan tradisional sering kali kesulitan bersaing dengan pelaku
industri besar dalam mendapatkan bahan berkualitas.
Ketersediaan:
Di Jawa Timur, bahan baku perunggu sebagian besar diperoleh dari pemasok lokal
maupun luar daerah. Wilayah seperti Magetan dan Ponorogo menjadi pusat produksi
gamelan berbahan perunggu. Meskipun Indonesia adalah penghasil tembaga dan
timah, harga bahan ini cenderung mahal, sehingga menjadi tantangan bagi
pengrajin kecil.
Tantangan:
- Harga perunggu yang tinggi memengaruhi daya saing
pengrajin lokal.
- Pengrajin tradisional sering kesulitan memperoleh
bahan berkualitas dengan harga terjangkau.
Peluang:
Pengembangan sistem koperasi atau subsidi bahan baku dari pemerintah dapat
membantu pengrajin di daerah seperti Magetan untuk mengurangi biaya produksi.
2.
Besi
Besi digunakan
sebagai alternatif bahan baku untuk memproduksi gamelan yang lebih ekonomis.
Besi lembaran sering kali diperoleh dari limbah industri, seperti drum bahan
bakar atau plat baja bekas per mobil. Meskipun kualitas suara gamelan besi
tidak sebaik perunggu, bahan ini sangat populer di kalangan masyarakat karena
harga yang lebih terjangkau. Ketersediaan limbah besi di pasar lokal masih
mencukupi, sehingga memudahkan pengrajin untuk memenuhi permintaan.
Ketersediaan:
Besi lembaran di Jawa Timur banyak diperoleh dari limbah industri, seperti drum
bahan bakar atau plat baja bekas. Daerah seperti Ponorogo dan Tulungagung
terkenal dengan pengrajin gamelan berbahan besi.
Tantangan:
Ketebalan dan kualitas
bahan limbah tidak selalu konsisten, sehingga memengaruhi hasil akhir produk.
Peluang:
Program daur ulang limbah industri di Jawa Timur dapat mendukung kebutuhan
bahan baku ini dan memastikan keberlanjutan produksi.
3.
Kuningan
Gamelan berbahan
kuningan berada di antara kualitas perunggu dan besi. Kuningan memiliki
tampilan yang lebih menarik dibandingkan besi, serta menghasilkan suara yang
lebih baik. Penggunaan bahan ini banyak diterapkan pada produksi bilah saron,
slentem, gender, dan pencon seperti bonang atau kenong. Meskipun ketersediaan
kuningan cukup baik di Indonesia, harga bahan ini cenderung lebih mahal
daripada besi, sehingga menjadi pilihan yang lebih eksklusif.
Ketersediaan:
Kuningan lebih mudah diakses oleh pengrajin di wilayah Nganjuk dan Banyuwangi.
Namun, seperti perunggu, harganya cenderung lebih mahal dibandingkan besi.
Tantangan:
Harga kuningan
yang fluktuatif sering menjadi hambatan bagi pengrajin kecil.
Peluang:
Peningkatan teknologi pengolahan bahan kuningan dapat membantu menurunkan biaya
dan meningkatkan efisiensi produksi.
4.
Kayu
Kayu
digunakan untuk membuat bagian pendukung gamelan seperti rancakan, plangkan,
kendang, dan siter. Jenis kayu yang umum digunakan meliputi kayu jati dan kayu
nangka, yang memiliki karakteristik kuat dan tahan lama. Namun, ketersediaan
kayu berkualitas semakin menurun akibat eksploitasi hutan. Pengrajin sering
kali menghadapi kesulitan dalam mendapatkan kayu yang sesuai dengan standar
untuk rancakan gamelan berkualitas tinggi.
Ketersediaan:
Kayu berkualitas di Jawa Timur semakin langka karena eksploitasi yang
berlebihan. Namun, daerah seperti Blitar dan Malang masih memiliki akses
terhadap kayu jati dan Nangka serta Mangga/ Kayu Pakel untuk kebutuhan pembuatan gamelan.
Tantangan:
- Kesulitan dalam mendapatkan kayu berkualitas tinggi
untuk rancakan gamelan yang awet dan estetis.
- Perubahan kebijakan pengelolaan hutan sering kali
membatasi akses pengrajin terhadap kayu yang dibutuhkan.
Peluang:
Pemanfaatan kayu alternatif atau pengolahan kayu limbah dapat menjadi solusi
jangka panjang untuk mengatasi kelangkaan bahan ini.
5.
Kulit
Kulit
hewan, seperti kulit kerbau, digunakan pada instrumen kendang. Bahan ini
semakin sulit diperoleh, terutama dengan kualitas yang sesuai untuk
menghasilkan suara optimal. Ketersediaan kulit berkualitas bergantung pada
daerah penghasil ternak, sehingga pengrajin terkadang harus mendatangkan bahan
ini dari luar daerah.
Ketersediaan:
Bahan kulit biasanya diperoleh dari peternakan lokal di daerah seperti Jombang
dan Kediri. Namun, ketersediaan kulit berkualitas sangat tergantung pada jumlah
ternak dan kondisi pengolahan kulit di daerah tersebut.
Tantangan:
- Proses pengolahan kulit yang memerlukan keahlian
khusus.
- Harga bahan kulit berkualitas semakin mahal.
Peluang:
Pengrajin dapat memanfaatkan inovasi dalam pengolahan kulit untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas bahan.
Tantangan dan Peluang
Tantangan utama dalam
ketersediaan bahan baku adalah fluktuasi harga dan persaingan dengan sektor
lain yang menggunakan bahan serupa. Misalnya, tembaga dan timah juga digunakan
dalam industri elektronik, sehingga pengrajin gamelan tradisional sering kali
kalah dalam persaingan harga. Di sisi lain, penggunaan bahan alternatif seperti
limbah industri memberikan peluang untuk menghasilkan gamelan dengan biaya
produksi yang lebih rendah, meskipun dengan kualitas suara yang berbeda.
Melalui kajian ini,
diusulkan agar pemerintah memberikan dukungan kepada pengrajin gamelan, seperti
subsidi bahan baku atau insentif untuk pengembangan teknologi pengolahan bahan.
Langkah ini penting untuk memastikan kelangsungan produksi gamelan tradisional
sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi.
Strategi Mengatasi Tantangan Ketersediaan Bahan Baku di Jawa Timur
- Subsidi dan
Bantuan Pemerintah
- Memberikan subsidi untuk bahan baku utama seperti
tembaga, timah, dan kayu kepada pengrajin kecil.
- Mendirikan koperasi bahan baku yang mengelola pasokan
secara kolektif bagi pengrajin di daerah seperti Magetan dan Ponorogo.
- Dukungan
Teknologi dan Inovasi
- Mengembangkan teknologi tepat guna untuk pengolahan
bahan baku lokal, seperti daur ulang limbah industri besi dan kuningan.
- Memanfaatkan teknologi modern untuk mengolah kayu atau
kulit sehingga dapat meningkatkan kualitas bahan baku.
- Kolaborasi dengan
Industri Lain
- Menjalin kerja sama dengan sektor industri untuk
memanfaatkan limbah logam dan kayu yang dapat digunakan dalam produksi
gamelan.
- Promosi dan
Edukasi
- Mengedukasi pengrajin tentang alternatif bahan baku
yang lebih ekonomis tanpa mengurangi kualitas suara gamelan.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
bahan baku berkualitas dalam mendukung keberlanjutan seni gamelan.
KAJIAN TERHADAP PAGUYUBAN ATAU KELOMPOK MASYARAKAT PENGGUNA GAMELAN DI JAWA
TIMUR
Di
Jawa Timur, gamelan tidak hanya diproduksi oleh para pengrajin tetapi juga
dilestarikan dan digunakan oleh berbagai kelompok masyarakat, baik secara
individu maupun kolektif. Pengguna gamelan tersebar di berbagai komunitas seni,
lembaga pendidikan, hingga masyarakat umum. Berikut adalah kategori utama
pengguna gamelan di Jawa Timur:
1.
Individu Pengguna
Gamelan
Kelompok individu yang
menggunakan gamelan di Jawa Timur umumnya meliputi: Kolektor Seni: Individu
yang mengoleksi perangkat gamelan sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya
atau nilai estetika. Beberapa kolektor di wilayah Nganjuk dan Ponorogo
diketahui memiliki perangkat gamelan kuno yang digunakan untuk pertunjukan
maupun kebutuhan spiritual. Seniman Dalang: Dalang di berbagai daerah seperti
Tulungagung dan Ponorogo menggunakan gamelan sebagai elemen utama dalam
pertunjukan wayang kulit, yang menjadi salah satu tradisi seni terbesar di Jawa
Timur.
- Lembaga Pemerintah dan Swasta
Banyak lembaga
pemerintah dan swasta di Jawa Timur yang memiliki gamelan sebagai sarana untuk
mendukung program kebudayaan dan pendidikan. Contohnya: Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata di beberapa kabupaten, sering menggunakan gamelan dalam kegiatan
upacara adat atau festival budaya. Perusahaan swasta, terutama di sektor
pariwisata, juga memanfaatkan gamelan sebagai daya tarik bagi wisatawan.
Misalnya, beberapa hotel dan resor di Malang dan Surabaya mengadakan
pertunjukan gamelan sebagai bagian dari promosi budaya lokal.
- Lembaga Pendidikan
Sekolah-sekolah di
Jawa Timur, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, banyak yang
menggunakan gamelan sebagai sarana pendidikan seni. Ekstrakurikuler Seni
Gamelan: Banyak sekolah, seperti di Blitar dan Tulungagung, Kediri, Banyuwangi,
Surabaya dan yang lainnya menyediakan kegiatan ekstrakurikuler seni gamelan
untuk mengenalkan siswa pada seni tradisional. Konservatori Karawitan: Beberapa
institusi pendidikan tinggi, seperti Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) di
Surabaya, mengintegrasikan pembelajaran gamelan dalam kurikulum mereka untuk
melatih generasi muda menjadi seniman yang profesional. SMKN 12 Surabaya/ SMKI.
Dan yang lainnya.
- Paguyuban dan
Sanggar Seni
Jawa Timur memiliki
banyak paguyuban dan sanggar seni yang melestarikan tradisi gamelan. Beberapa
di antaranya: Paguyuban Campursari dan Karawitan: Di Kabupaten dan Kota di Jawa
Timur, banyak paguyuban seni yang menggunakan gamelan untuk mengiringi
pertunjukan campursari atau karawitan. Kelompok ini sering tampil dalam acara
hajatan, bersih desa, atau festival lokal. Sanggar Seni Dalang dan Wayang Kulit:
sanggar seni wayang kulit menggunakan gamelan untuk mengiringi pertunjukan
tradisional. Komunitas Seni Tari dan seni yang lainnya, beberapa komunitas seni
ada di seluruh kabupaten Kota se Jawa Timur telah mengembangkan gaya
pertunjukan yang memadukan gamelan dengan alat musik modern, menciptakan
inovasi seni yang menarik bagi generasi muda.
- Masyarakat Umum
Gamelan juga digunakan
secara luas oleh masyarakat umum dalam berbagai konteks budaya: Ritual Adat: Di
Banyuwangi, gamelan digunakan dalam upacara adat seperti ruwatan atau selamatan
desa. Instrumen ini menjadi bagian dari tradisi spiritual yang bertujuan
menjaga harmoni antara manusia dan alam. Kesenian Rakyat: Tradisi kesenian
rakyat seperti jaranan di Kediri dan Ludruk di Mojokerto tetap memanfaatkan
gamelan sebagai pengiring utama. Wisatawan Mancanegara: Di beberapa destinasi
wisata seperti Gunung Bromo, pertunjukan gamelan kerap diadakan untuk menarik
minat wisatawan asing, memberikan mereka pengalaman langsung budaya tradisional
Jawa Timur.
Tantangan dalam Pelestarian di Komunitas Pengguna
Meskipun
pengguna gamelan di Jawa Timur tersebar luas, terdapat beberapa tantangan
utama: Kurangnya Regenerasi: Banyak komunitas dan sanggar seni menghadapi
kesulitan dalam merekrut generasi muda untuk belajar gamelan. Minimnya Dukungan
Finansial: Beberapa kelompok seni tradisional, terutama yang berbasis di
pedesaan, menghadapi kendala pendanaan untuk membeli atau merawat perangkat
gamelan. Persaingan dengan Seni Modern: Kesenian tradisional seperti gamelan
sering kali kalah populer dibandingkan seni modern, terutama di kalangan
generasi muda urban.
Peluang dan Upaya
Pelestarian
Untuk
mendukung keberlangsungan gamelan sebagai bagian dari budaya masyarakat Jawa
Timur, beberapa langkah strategis dapat diambil: Peningkatan Dukungan
Pemerintah: Subsidi dan program pelatihan bagi komunitas seni dapat
meningkatkan kualitas dan daya tarik gamelan. Kolaborasi dengan Sektor
Pariwisata: Integrasi gamelan dalam promosi pariwisata, seperti festival budaya
dan atraksi wisata, dapat memberikan manfaat ekonomi bagi komunitas pengguna. Digitalisasi
dan Promosi: Memanfaatkan platform digital untuk memperkenalkan gamelan kepada
khalayak yang lebih luas, baik di tingkat lokal maupun internasional.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELESTARIAN GAMELAN DI JAWA TIMUR
Kelestarian
gamelan di Jawa Timur dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berinteraksi, baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun budaya. Analisis ini
bertujuan untuk memahami tantangan serta peluang dalam upaya pelestarian
gamelan sebagai warisan budaya tak benda di Jawa Timur.
Aspek Ekonomi
Peluang
Ekonomi dari Gamelan, Pasar Lokal dan Internasional: Banyak pengrajin di Jawa
Timur, seperti di Magetan dan Nganjuk, telah memasarkan gamelan mereka hingga
ke luar negeri, seperti Afrika dan Amerika Serikat. Produk ini menarik
perhatian karena kualitasnya, namun skala produksinya masih terbatas. Peluang
Profesi Baru: Profesi seperti penglaras, penyervis, dan agen penjualan gamelan
menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat. Di Banyuwangi dan Tulungagung,
profesi ini telah membantu meningkatkan pendapatan keluarga pengrajin. Tantangan
Ekonomi, Harga Bahan Baku yang Tinggi: Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
harga bahan baku seperti tembaga dan timah sangat mahal. Hal ini menjadi
tantangan besar, terutama bagi pengrajin kecil di Ponorogo dan Tulungagung. Pasar
yang Terbatas: Meskipun gamelan diminati, tidak semua masyarakat mampu membeli
perangkat gamelan, terutama yang berbahan perunggu, karena harganya yang
tinggi.
Aspek
Sosial
Kelompok
Pelestari Masyarakat Tradisional: Kelompok masyarakat yang memiliki hubungan
historis dengan gamelan, seperti komunitas dalang di Ponorogo dan Magetan,
menjadi motor pelestarian tradisi ini. Mereka memainkan peran penting dalam
menjaga relevansi gamelan di tengah perubahan zaman. Institusi Pendidikan dan
Kebudayaan: Sekolah dan lembaga seni seperti sanggar karawitan di Blitar dan
Malang berkontribusi besar dalam memperkenalkan gamelan kepada generasi muda. Tantangan
Sosia, Kurangnya Regenerasi: Di banyak daerah, minat generasi muda untuk
mempelajari gamelan semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
modernisasi dan preferensi mereka terhadap alat musik modern. Kurangnya
Pengakuan Sosial: Profesi pengrajin dan seniman gamelan sering kali dipandang
sebelah mata, sehingga kurang mendapat dukungan dari masyarakat maupun
pemerintah.
Aspek
Budaya
Peran
Budaya dalam Pelestarian Gamelan, Bagian dari Ritual Tradisional: Gamelan masih
menjadi bagian integral dari ritual adat di Jawa Timur, seperti bersih desa di
Kediri, ruwatan di Banyuwangi, dan selamatan desa di Tulungagung. Identitas
Budaya Lokal: Di beberapa daerah seperti Ponorogo, gamelan tidak hanya
digunakan untuk seni pertunjukan tetapi juga menjadi simbol identitas budaya
masyarakat. Tantangan Budaya, Perubahan Ekosistem Budaya: Perubahan gaya hidup
modern, urbanisasi, dan globalisasi telah menyebabkan berkurangnya perhatian
terhadap seni tradisional seperti gamelan. Masyarakat cenderung lebih memilih
hiburan yang instan dan mudah diakses. Pengaruh
Budaya Asing: Kehadiran budaya populer dan alat musik elektronik semakin
menggusur eksistensi gamelan di kalangan generasi muda.
Strategi
untuk Mengatasi Tantangan
Penguatan
Ekonomi Pengrajin, Pemerintah dapat memberikan subsidi bahan baku atau
menciptakan koperasi pengrajin gamelan untuk mengurangi biaya produksi. Mengembangkan
teknologi tepat guna untuk mempercepat proses produksi tanpa mengurangi
kualitas. Revitalisasi Sosial. Mengintegrasikan pelatihan gamelan dalam
kurikulum sekolah untuk menarik minat generasi muda. Memberikan penghargaan
kepada seniman dan pengrajin gamelan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusi
mereka dalam melestarikan budaya. Promosi Budaya dan Pariwisata. Meningkatkan
eksposur gamelan melalui festival budaya, seperti Festival Gandrung di
Banyuwangi atau Festival Ludruk di Surabaya. Menggunakan media digital untuk
memperkenalkan gamelan kepada audiens global, seperti video tutorial atau
konser daring. Kolaborasi Antar Komunitas Seni. Menggabungkan gamelan dengan
seni modern untuk menciptakan karya-karya baru yang relevan dengan zaman,
seperti yang dilakukan beberapa komunitas seni di Malang dan Surabaya.
PEMETAAN PERSEBARAN GAMELAN DI WILAYAH JAWA TIMUR
Jawa
Timur memiliki keragaman budaya yang tercermin dari persebaran gamelan di
berbagai daerah. Persebaran ini tidak hanya mencakup pusat-pusat produksi,
tetapi juga melibatkan komunitas seni dan lembaga yang menggunakan gamelan
sebagai bagian integral dari aktivitas mereka. Berikut adalah pemetaan
persebaran gamelan di Jawa Timur berdasarkan wilayah:
1.
Lingkungan Budaya Etnik
Pengrajin
gamelan di Jawa Timur umumnya melayani kebutuhan lokal, terutama di wilayah
dengan tradisi seni yang kuat. Misalnya:
- Magetan: Wilayah ini menjadi salah satu pusat produksi gamelan
berbahan perunggu, besi, dan kuningan. Magetan juga memiliki komunitas
seni karawitan yang aktif, seperti kelompok Margo Laras yang
mendukung tradisi lokal melalui produksi dan pertunjukan gamelan.
- Ponorogo: Sebagai daerah asal Reog, gamelan menjadi bagian
penting dalam seni pertunjukan tradisional ini. Persebaran gamelan di
Ponorogo juga terkait dengan komunitas-komunitas Reog yang tersebar hingga
ke luar daerah.
- Banyuwangi: Gamelan osing memiliki karakteristik unik yang
membedakannya dari gamelan Jawa Tengah atau Bali. Persebarannya berpusat
di komunitas-komunitas seni tradisional seperti Gandrung dan Barong.
2.
Wilayah Luar Pulau
Masyarakat
Jawa Timur yang bermigrasi ke luar pulau turut membawa tradisi gamelan mereka.
Hal ini terlihat dalam komunitas seni di Kalimantan dan Sumatra yang mengadopsi
gamelan sebagai bagian dari acara adat mereka. Misalnya, gamelan buatan
pengrajin di Tulungagung telah dikirim ke luar pulau untuk memenuhi permintaan
seni tradisional di wilayah-wilayah tersebut.
3.
Pasar Internasional
Beberapa
pengrajin gamelan di Jawa Timur telah berhasil menembus pasar internasional,
baik melalui ekspor langsung maupun pesanan khusus dari luar negeri. Contoh:
- Tulungagung: Pengrajin seperti Mujiono pernah menerima pesanan
gamelan dari negara-negara seperti Afrika, Suriname, dan Amerika Serikat.
- Ponorogo: Pesanan gamelan berbahan plat baja dari Ponorogo
telah dikirim ke berbagai negara sebagai bentuk promosi budaya Jawa Timur.
- Nganjuk: Galeri Mbah Dharmo dikenal memiliki jaringan
distribusi internasional dengan menyediakan perangkat gamelan untuk
institusi seni di Asia Tenggara dan Amerika.
4.
Sentra Produksi Lokal
Persebaran
gamelan di Jawa Timur juga ditentukan oleh lokasi sentra produksi yang tersebar
di beberapa kabupaten dan kota. Sentra-sentra ini tidak hanya memproduksi
gamelan tetapi juga menjadi pusat pelestarian seni tradisional. Beberapa sentra
produksi utama meliputi:
- Nganjuk: Selain sebagai produsen, Nganjuk juga menjadi tempat
wisata edukasi yang memperkenalkan generasi muda pada seni gamelan.
- Mojokerto: Produksi gamelan di Mojokerto difokuskan pada
kebutuhan lokal, seperti untuk pengiring ludruk dan kesenian rakyat
lainnya.
- Tulungagung dan
Magetan: Kedua wilayah ini berkontribusi
besar dalam memenuhi kebutuhan gamelan untuk masyarakat Jawa Timur dan
luar daerah.
Strategi
Peningkatan Persebaran Gamelan
1.
Pengembangan Teknologi
Produksi
Memanfaatkan teknologi
seperti power hammer dan spinning untuk meningkatkan efisiensi
produksi gamelan, terutama bagi pengrajin di Tulungagung dan Magetan.
2.
Promosi Melalui
Festival Budaya
Festival-festival
seperti Festival Reog Nasional di Ponorogo dan Festival Gandrung Sewu di
Banyuwangi dapat dijadikan platform untuk mempromosikan gamelan kepada audiens
yang lebih luas.
3.
Kolaborasi dengan
Diaspora
Melibatkan diaspora
Jawa Timur di luar pulau dan luar negeri untuk mempromosikan gamelan sebagai
bagian dari identitas budaya mereka.
4.
Edukasi dan Pelatihan
Meningkatkan edukasi
dan pelatihan gamelan di tingkat sekolah hingga komunitas lokal untuk
memastikan regenerasi seniman dan pengguna gamelan di masa depan.
Kesimpulan
Persebaran
gamelan di Jawa Timur menunjukkan hubungan yang erat antara tradisi, seni, dan
masyarakat lokal. Wilayah ini memiliki potensi besar untuk terus mengembangkan
gamelan sebagai produk budaya yang tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi
juga dikenal secara internasional. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, komunitas seni, dan sektor swasta, sangat diperlukan untuk menjaga
kelestarian gamelan sebagai warisan budaya tak benda yang berharga.
DAFTAR
RUJUKAN
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur. (2017). Laporan Tahunan Kegiatan
Pelestarian Budaya di Jawa Timur.
Kartomi,
M. (1990). Gamelan: Cultural Interaction and Musical Development in Central
Java. University of Chicago Press.
Soedarsono,
R.M. (2002). Wayang dan Gamelan Sebagai Warisan Budaya Dunia. Penerbit
ISI Yogyakarta.
Suyono,
B. (2006). Ensiklopedia Musik Tradisional Jawa. Balai Pustaka, Jakarta.
UNESCO.
(2008). Indonesian Gamelan: Intangible Cultural Heritage of Humanity.
Diakses dari https://ich.unesco.org/en/RL/gamelan-00207.
Yampolsky,
P. (1995). Gamelan Tradisi dan Perkembangannya di Nusantara. Southeast
Asian Studies Journal. Diakses dari
http://seasjournal.org/archive/gamelan-tradition/.
The
Metropolitan Museum of Art. (2005). Gamelan Instruments from Java and Bali.
Diakses dari https://www.metmuseum.org/toah/hd/gaml/hd_gaml.htm.
Smithsonian
Folkways. (2010). Gamelan Music of Indonesia. Diakses dari
https://folkways.si.edu/gamelan-music-of-indonesia/world/music/album/smithsonian.
WEJANGAN KYAI SEMAR (KI ULAR-ULARAN PITUTUR BECIK SUPOYO URIP AYEM TENTREM)- ADITYASTUTI
WEJANGAN KYAI SEMAR - ADITYASTUTI KI ULAR-ULARAN PITUTUR BECIK SUPOYO URIP AYEM TENTREM ABOT ENTHENGE URIP KUWI KABEH MUNG KARI NGLAKONI,...