TINJAUAN FUNGSI KENDANG PADA KARAWITAN TARI DAN WAYANG KULIT
Dalam pertunjukan seni tari dan wayang kulit, seni karawitan bukan hanya sebagai pelengkap
atau pengiring
seni tari dan wayang kulit
saja. Akan tetapi seni karawitan
adalah partner dari seni tari dan wayang kulit, karena pertunjukan seni tari dan wayang kulit bukan seni yang dapat
berdiri sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran seni seni lainnya. Salah satu
diantaranya adalah seni karawitan sebagai pendukung musikalnya.
Pertunjukan seni tari dan wayang kulit di Jawa Timur
pada umumnya merupakan kesatuan yang utuh antara seni tari, wayang kulit dan seni karawitan,
sehingga banyak yang beranggapan, bahwa pertunjukan tari dan wayang kulit adalah pertunjukan audio
visual. Yang artinya,
secara visual dapat dinikmati dari
keindahan sajian gerak-gerak
tari maupun dalam gerak
wayang kulitnya, sedangkan secara audio dapat dinikmati suara musik instrumennya sebagai pendukung musik dalam
pertunjukan seni tari dan wayang kulit.
Estetika seni karawitan sebagai pendukung pertunjukan tari maupun wayang kulit
sangat berbeda dengan seni karawitan secara mandiri. Relasi garap instrumen kendang untuk mendukung kebutuhan pertunjukan tari maupun
wayang kulit merupakan bentuk repertoar seni yang esetika garapannya
bersifat saling membutuhkan
atau dol tinuku. Artinya, estetika pertunjukan seni tari maupun wayang kulit bisa dengan
signifikan memengaruhi bentuk
garapan seni
karawitan dan disaat yang sama juga sebaliknya estetika seni karawitan dapat memengaruhi estetika pertunjukan seni tari dan wayang kulit.
Seniman yang
merepresentasikan kepakaran dalam bidang pertunjukan seni karawitan, serta seniman yang
merepresentasikan kepakaran dalam bidang pertunjukan seni tari maupun seni wayang kulit,
sepakat dan mengakui, bahwa instrumen kendang merupakan pusat atau poros
garapan atau “fokus estetika”. Selain dipandang dominan dan menjadi acuan garap
elemen musikal lainnya, instrumen
kendang juga dapat mengungkap karakter pertunjukan seni
tari dan wayang kulit.
Dalam pertunjukan seni tari dan wayang kulit, kendang memiliki peran
yang sangat penting. Oleh sebab itu, seorang pengendang tari maupun wayang kulit harus memiliki
pengetahuan serta ketrampilan
yang lebih dibandingkan dengan pangrawit yang lainnya, karena tugas pengendang
dalam pertunjukan tari
maupun wayang kulit menjadi ganda, yaitu harus memfokuskan
permainan kendangnya untuk kebutuhan estetika pertunjukan seni tari, wayang kulit maupun estetika pertunjukan seni karawitan.
Pengetahuan tentang
irama, tempo, lagu-lagu yang terdapat dalam seni karawitan menjadi modal utama bagi
seorang pengendang, karena apabila modal pengetahuan tersebut tidak
dimilikinya, maka estetika penyajian karawitan tidak akan tersampaikan dengan
baik. Untuk kebutuhan estetika
pertunukan seni tari dan wayang kulit, seorang pengendang harus
dapat membantu memberikan ruh atau karakter pada sajian pertunjukan tersebut. Oleh karena itu instrumen kendang merupakan instrumen yang spesial, maka pengendang
mempunyai spesialisasi khusus, yakni spesialisasi pengendang tari, pengendang wayang kulit, pengendang klenengan,
pengendang tayup dan sebagainya. Spesialisasi tersebut
merupakan dasar penilaian umum dalam memetakan kompetensi pengendang dalam
konteks “karawitan pendukung”.
Sekilas tampak berat, namun pada praktek di lapangan, kemampuan tersebut memang
benar-benar dimiliki secara umum oleh para pengendang.
Seni karawitan merupakan penunjang yang
harus memenuhi tuntutan kepentingan estetika pertunjukan tari maupun wayang kulit. Yaitu berfungsi sebagai pemandu gerak yang lebih mengarah kepada kepentingan
teknis yang berkaitan dengan tempo, irama, ritme dan aksen-aksen isian gerak
tari maupun gerak dalam
wayang kulit. Dalam tatanan seni karawitan tradisi, pengendali atas
kepentingan teknis itu terletak pada instrumen kendang. Dan seni karawitan juga mempunyai fungsi sebagai ilustrasi dalam
pertunjukan seni tari maupun wayang kulit, yang artinya bahwa
iringan karawitan
yang berupa gending atau vokal karawitan harus dapat mengungkap
suasana yang dibutuhkan oleh pertunjukan
seni tari maupun wayang kulit.
BIODATA PENULIS
Adiyanto
dilahirkan di Semarang pada tanggal 02 Juli 1982. Sejak kecil ia sudah diajari
oleh orang tuanya di bidang seni,
diantaranya, seni karawitan, pedalangan dan seni tatah sungging wayang. Setelah
remaja Ia mematangkan ketrampilan olah seninya di SMKN 8 Surakarta Jurusan
Karawitan pada tahun 1998, kemudian melanjutkan kuliah di STSI Surakarta pada
tahun 2001 sampai semester 4 transfer ke STKW Surabaya lulus pada tahun 2006.
Sejak tahun 2011 di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jawa Timur Bidang Budaya, Seni dan Perfilman. Kemudian pada
tahun 2015 diangkat sebagai Pamong
Budaya Jawa Timur sampai sekarang. Di sela-sela kesibukanya sebagai Pamong
Budaya Ia juga aktif sebagai seniman, baik pelaku seni, pengkarya seni dan
pemerhati seni. Aktif menulis baik di media elektronikm media massa maupun
media cetak.
PENGALAMAN
BERKESENIAN
3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sabet pada Festival
Dalang dalam rangka Pekan Wayang se Jawa Timur tahun 1999 di Surabaya. 3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik
Bidang Sanggit Cerita pada Festival Dalang dalam rangka Pekan Wayang se Jawa
Timur tahun 1999 di Surabaya. Sebagai
Pengamat Daerah pada Parade Lagu daerah Taman Mini “ Indonesia Indah” tahun
2011 mewakili provinsi Jawa Timur. Menjadi
salah satu pemusik dalam pertunjukan Festival Kesenian Indonesia III tingkat
Nasional tahun 2011 di Surabaya. Menjadi
Duta Seni mewakili Indonesia ke Ho Chi Mint City, Vietnam pada tahun 2005. Komposer
dalam Festival Gegitaan tingkat Nasional pada tahun 2013 di Jogjakarta. Komposer Iringan Tari Ganggasmara
dalam acara Festival Tari Sakral tingkat Nasional pada tahun 2013 di
Jogjakarta. Juara 1 (satu)
Komposer Iringan Tari Kidung Kasanga dalam acara Festival tari Sakral tingkat
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 di Sidoarjo. Komposer Iringan Tari Mandaragiri dalam acara melasti
tingkat Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Komposer
Iringan Tari Nawa Cita Negara Kertagama dalam acara Mahasaba Tingkat Nasional
pada tahun 2016 di Surabaya. Menjadi
Komposer pada Pembukaan Festival Seni Sakral tahun 2019 dengan Judul “ Babar
Sastra Pamucang” Juara
Penata Musik tradisional Terbaik pada Festival Seni Sakral Tingkat Nasional
Tahun 2019. Menjadi Ketua
Lembaga Seni Keagamaan Provinsi Jawa Timur, masa bhakti 2019-2023 Aktif menjadi Juri dan Narasumber d
berbagai kegiatan seni, seperti Macapat, Gegitan, Tari, Karawitan, pedalangan
dll.
BUKU
YANG TELAH DITULISNYA
Djoko Langgeng Dan Wayang Kulit Karyanya. Balungan
Gending Jawa Timuran. Karawitan
Jawatimuran. Pengetahuan
Vokal Jawatimuran. Campursari
Sekar Melati. Profil
Sekar Melati. Kebudayaan
Dalam Opini, Kebudayaan Dalam Opini,Tinjauan Seni Karawitan
No comments:
Post a Comment