TINJAUAN SENI KARAWITAN SEBAGAI PENGATUR IRAMA, TEMPO, DINAMIKA DAN ILUSTRASI
Antara pertunjukan seni karawitan, seni
tari dan seni wayang kulit
saling berhubungan dalam presentasi estetis sebagai sebuah pertunjukan. Pola
irama tari akan diatur oleh pola irama dalam ketukan karawitan, sehingga motif,
frase, sampai dengan kalimat gerak tari yang mengalir tidak akan leluasa
sekehendak tari, karena akan diikat oleh irama karawitan sebagai pengiringnya. Adegan jejeran pada pertunjukan wayang kulit juga
diatur sesuai dengan pakem yang ada di pada seni karawitan dan disesuaikan
dengan suasana adegan yang ada. Serta pakem atau aturan-aturan tersebut diantaranya, seperti: gending,
laras, patet, dan yang lainnya.
Begitu pula dengan seni karawitan, untuk kebutuhan pertunjukan seni tari dan wayang kulit kadang-kadang harus
melanggar atau tidak selalu harus mengikuti pakem-pakem yang ada dalam seni karawitan. Hal ini semata mata hanya
karena untuk memenuhi kebutuhan suatu gerak tarian
maupun gerak wayang kulit saja. Misalnya dalam garap repertoar tari remo bolet pada gending Krucilan yang seharusnya
tabuhan gong berada pada ketukan yang ke -8 (delapan), akan tetapi ketika
penari melakukan angkat kaki dengan menendang maka tabuhan gong akan di tabuh
lagi untuk mengaksen kebutuhan tari tersebut. Dan pada pertunjukan wayang kulit
pada waktu adegan perang, yang menggunakan gending ayak kerep maupun krucilan,
setiap wayang kulit melakukan gerakan menghantam, memukul dan yang lainnya maka
instrumen gong akan dibunyikan. Padahal menurut pakem
karawitan, pada teknik tabuhan
instrumen gong membunyikan dengan ketukan yang telah di tentukan.
Dalam seni karawitan, irama merupakan salah satu
unsur dalam membantu pengungkapan sebuah karakter tari seperti karakter putri halus, putri ladak, putra halus, putra
ladak, dan putra gagah. Serta karakter pada setiap adegan dalam wayang
kulit, seperti jejer Astina, Dwarawati, Amarta, Alengka dan yang lainnya. Untuk
mengungkap karakter-karakter tersebut dibutuhkan pola-pola irama karawitan yang
dapat membantu mengungkapkan karakter – karakter tersebut. Pola-pola irama yang sering digunakan
dalam seni karawitan
tradisi tersebut diantaranya, irama lancar, irama lamba, irama wilet, irama
sesegan.
Selain jenis-jenis
irama di atas, untuk membantu karakter yang diinginkan dalam sebuah tarian maupun wayang kulit, pemilihan gending, patet dan laras pun akan sangat diperhitungkan.
Hal ini dikarenakan dari setiap gending,
patet
dan laras pun konon memiliki karakter pula. Para empu karawitan ada yang menganggap bahwa
laras pelog sangat cocok untuk mengiringi tari-tari putri, karena laras pelog
memiliki karakter untuk membangun suasana yang agung ataupun sedih. Namun
pendapat tentang setiap gending,
patet
dan laras memiliki karakter yang hanya bisa dirasakan saja, karena belum
ada penelitian yang secara eksplisit menjelaskan gending, patet dan laras yang terdapat
pada seni karawitan
di Jawa Timur
memiliki karakter masing-masing.
Sedangkan seni karawitan sebagai pengatur tempo dan
dinamika, biasanya dikendalikan oleh salah satu instrumen yaitu kendang. Kendang
akan memimpin pengendalian tempo dan dinamika. Untuk mengatur tempo dan dinamika
dalam setiap garap
tari dan wayang kulit,
pengendang harus mengetahui terlebih dahulu karakter dan struktur yang terdapat
pada tarian maupun wayang kulit.
Jika
ia mengetahui hal tersebut, maka pengendang akan mudah dalam mengatur tempo dan
dinamikanya.
Dalam pertunjukan seni tari dan wayang kulit, seni karawitan difungsikan juga sebagai
musik ilustratif. Yang artinya,
karawitan hanya sebagai musik yang melatarbelakangi suasana yang sedang
dibangun oleh suatu pertunjukan,
tanpa dituntut untuk memenuhi pijakan irama, tempo, dan sebagainya. Karena
musik-musik yang bersifat ilustratif tersebut hanya digunakan untuk membangun
suasana yang diinginkan saja, maka gerak-gerak yang ditampilkan akan bersifat
kontras dengan suasana yang sedang dibangun. Misalnya vokal karawitan, sekar macapat, bawa, dan
yang lainnya dalam pertunjukan seni tari maupun wayang kulit hanya digunakan
untuk mendukung permainan suasana dalam adegan saja.
BIODATA PENULIS
Adiyanto
dilahirkan di Semarang pada tanggal 02 Juli 1982. Sejak kecil ia sudah diajari
oleh orang tuanya di bidang seni,
diantaranya, seni karawitan, pedalangan dan seni tatah sungging wayang. Setelah
remaja Ia mematangkan ketrampilan olah seninya di SMKN 8 Surakarta Jurusan
Karawitan pada tahun 1998, kemudian melanjutkan kuliah di STSI Surakarta pada
tahun 2001 sampai semester 4 transfer ke STKW Surabaya lulus pada tahun 2006.
Sejak tahun 2011 di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jawa Timur Bidang Budaya, Seni dan Perfilman. Kemudian pada
tahun 2015 diangkat sebagai Pamong
Budaya Jawa Timur sampai sekarang. Di sela-sela kesibukanya sebagai Pamong
Budaya Ia juga aktif sebagai seniman, baik pelaku seni, pengkarya seni dan
pemerhati seni. Aktif menulis baik di media elektronikm media massa maupun
media cetak.
PENGALAMAN
BERKESENIAN
3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sabet pada Festival
Dalang dalam rangka Pekan Wayang se Jawa Timur tahun 1999 di Surabaya. 3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik
Bidang Sanggit Cerita pada Festival Dalang dalam rangka Pekan Wayang se Jawa
Timur tahun 1999 di Surabaya. Sebagai
Pengamat Daerah pada Parade Lagu daerah Taman Mini “ Indonesia Indah” tahun
2011 mewakili provinsi Jawa Timur. Menjadi
salah satu pemusik dalam pertunjukan Festival Kesenian Indonesia III tingkat
Nasional tahun 2011 di Surabaya. Menjadi
Duta Seni mewakili Indonesia ke Ho Chi Mint City, Vietnam pada tahun 2005. Komposer
dalam Festival Gegitaan tingkat Nasional pada tahun 2013 di Jogjakarta. Komposer Iringan Tari Ganggasmara
dalam acara Festival Tari Sakral tingkat Nasional pada tahun 2013 di
Jogjakarta. Juara 1 (satu)
Komposer Iringan Tari Kidung Kasanga dalam acara Festival tari Sakral tingkat
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 di Sidoarjo. Komposer Iringan Tari Mandaragiri dalam acara melasti
tingkat Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Komposer
Iringan Tari Nawa Cita Negara Kertagama dalam acara Mahasaba Tingkat Nasional
pada tahun 2016 di Surabaya. Menjadi
Komposer pada Pembukaan Festival Seni Sakral tahun 2019 dengan Judul “ Babar
Sastra Pamucang” Juara
Penata Musik tradisional Terbaik pada Festival Seni Sakral Tingkat Nasional
Tahun 2019. Menjadi Ketua
Lembaga Seni Keagamaan Provinsi Jawa Timur, masa bhakti 2019-2023 Aktif menjadi Juri dan Narasumber d
berbagai kegiatan seni, seperti Macapat, Gegitan, Tari, Karawitan, pedalangan
dll.
BUKU
YANG TELAH DITULISNYA
Djoko Langgeng Dan Wayang Kulit Karyanya. Balungan
Gending Jawa Timuran. Karawitan
Jawatimuran. Pengetahuan
Vokal Jawatimuran. Campursari
Sekar Melati. Profil
Sekar Melati. Kebudayaan
Dalam Opini, Kebudayaan Dalam Opini,Tinjauan Seni Karawitan
No comments:
Post a Comment