Search This Blog

24 Feb 2020

BAHASA JAWA TERANCAM PUNAH


 BAHASA JAWA TERANCAM PUNAH



Mengapa bahasa Jawa terancam punah? Apakah orang Jawa tidak mempertahankan bahasanya? Atau bagaimana masyarakat Jawa itu sendiri? Apa yang terjadi sehingga muncul pendapat semacam itu? Kiranya kita perlu mencari sumber yang menyebabkan terjadinya pernyataan tersebut. Tidak mungkin ada suatu pernyataan yang terungkap jika tidak ada sebab yang menjadi gejalanya. Sehingga dapat ditemukan makna sesungguhnya dari pernyataan yang digambarkan dalam kata-kata tersebut. Tentunya ada sebuah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Jawa yang berkaitan dengan bahasa yaitu bahasa Jawa.
Bahasa merupakan salah satu alat pemersatu dan identitas bangsa dalam komunitasnya masing-masing, dalam hal ini bahasa Jawa pada komunitas masyarakat Jawa tentunya. Jika kehidupan bahasa Jawa telah mulai terancam, bagaimana dengan masyarakatnya? Secara tidak langsung, ketika bahasa Jawa terancam punah, maka dapat mengakibatkan bercerai-berainya masyarakat Jawa itu sendiri dan berangsur-angsur hilanglah identitasnya. Hal ini bukanlah masalah kecil dalam perkembangan budaya masyarakat Jawa, namun karena tidak terungkap secara vulgar dalam satu kesatuan masyarakatnya, maka tidak dianggap sebagai sebuah masalah besar yang mengancam dalam kehidupannya. Oleh karena itu, perlulah diadakan suatu penelitian lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan tersebut.


Tentunya kemungkinan jawaban yang terjadi adalah ya bahasa Jawa memang terancam punah. Untuk memperoleh jawaban tersebut, ada baiknya kita memperhatikan keadaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Jawa berkaitan dengan bahasanya akhir-akhir ini.

Pengaruh lingkungan terdekat yang paling menentukan untuk saat ini, misalnya, dalam kehidupan keluarga Jawa, mereka sudah tidak lagi menggunakan bahasa Jawa seperti yang terjadi pada jaman era orang-orang tua kita dengan unggah-ungguhing basa Jawa dalam komunikasinya. Bahkan saat ini mereka lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh faktor ajaran yang diterima dari orang tua yang tidak lagi menggunakan bahasa Jawa, apalagi mengajarkan bahasa Jawanya. Dan faktor lingkungan dalam masyarakat yang tidak lagi mengganggap penting bahasa Jawa.
Di samping itu, aspek pendidikan pada pemerintahan yang baru mempunyai kebijakan secara politis merugikan kepentingan perkembangan bahasa Jawa. Mengapa? bahasa Jawa tidak memberikan ruang pengembangan bahasa Jawa yang sepadan dengan ilmu lain dari tingkat dasar sampai lanjut. Kurikulum Sekolah Menengah Atas tidak mengijinkan bahasa Jawa diajarkan pada anak didik. Pada level perguruan tinggi, bahasa Jawa sama sekali tidak mendapatkan tempat.
Bahasa Jawa cepat atau lambat akan masuk dalam ranah masa lampau yang mungkin tak akan dilirik lagi oleh masyarakat pendukungnya.
Masyarakat pendukung kebudayaan Jawa yang seharusnya memakai bahasa ini sebagai medium berekspresi justru bersemangat untuk meninggalkannya. Orang Jawa yang berasal dari kalangan terdidik dan menempati kelas menengah masyarakat Indonesia lebih condong mempergunakan bahasa Inggris
, dan Indonesia. Mereka membiasakan anak-anak mereka dengan bahasa Inggris dan Indonesia yang lebih fleksibel, prestise, dan sesuai dengan spirit kemajuan.
Inilah realita sekarang bahasa Jawa seolah menunggu waktu untuk punah, butuh sebuah perjuangan yang berat untuk tetap bisa menjaga keberadaan dan kelestarian bahasa Jawa. Pemerintah dan masyarakat harus saling bahu-membahu untuk menjaga kelestarian bahasa Jawa. Memang kita tidak boleh saling menyalahkan, sebagai orang Jawa minimal kita secara pribadi, harus mau melestarikan dan menggunakan bahasa Jawa.
KESIMPULAN
Setelah melihat kenyataan sekarang , kita mungkin pesimis dengan gerusan bahasa asing dan budaya luar yang bertubi memasuki kancah lalu lintas komunikasi lokal dan apalagi nasional. Bahasa  Jawa mau tidak mau akan mengalami nasib yang sama dengan suku-suku lain yang ada di dunia ketika masyarakat pendukung budayanya mulai meninggalkan bahasa ini begitu saja. Dalam rentang historis, bahasa Jawa mengalami proses dinamikanisasi. Artinya ada saatnya bahasa Jawa menjadi sesuatu yang mutlak dan dibutuhkan untuk sarana legitimasi sosial politik, namun di sisi lain ada saatnya bahasa Jawa mengalami keruntuhan karena sudah dianggap tidak sesuai dengan perkembangan globalisasi.
Untuk itu mengembalikan bahasa Jawa sebagai bahasa pergaulan dan tetap eksis mutlak dibutuhkan perjuangan yang amat berat, perlu semua elemen bangsa untuk melakukannya agar bahasa Jawa tidak mengalami fosilisasi dan dapat kembali dipergunakan sebagai bahasa pergaulan dan komunikasi umumnya pada lingkup yang terbatas.
Banyak cara dan strategi untuk tetap bisa menjadikan bahasa Jawa tidak mengalami kepunahan, strategi tersebut antara lain :
    1.        Ajarkan bahasa Jawa tentu dengan unggah-ungguhnya dari diri kita dan keluarga kita.
    2.        Batasi penggunaan bahasa Indonesia/Inggris pada lingkup keluarga kita.
    3.        Pemerintah harus memberikan porsi mata pelajaran Bahasa Jawa yang seimbang dengan pelajaran yang lain sekolah-sekolah dari tingkat TK, SD, SMP dan SLTA.
    4.        Di tingkat Perguruan tinggi, Dikti atau Kopertis menganjurkan kepada Universitas-universitas untuk membuka Fakultas/Prodi Bahasa Jawa, sehingga ke depan SDM Intelektual bahasa Jawa tetap masih ada.

Sebenarnya masih banyak strategi-strategi untuk bisa menjadikan bahasa Jawa tetap lestari, kita bisa mengambil contoh Negara Jepang, Bahasa dan budaya Jepang disana sangat dijunjung tinggi, sehingga walaupun Negara Jepang sebuah Negara maju dengan peradaban yang modern, akan tetapi tidak akan lupa akan budaya dan bahasa mereka.


PENULIS : ADIYANTO, S.Sn, MM

DOSEN PENGAJAR MATA KULIAH SANSEKERTA, JAWA KUNO DAN SASTRA JAWA
DI STAH MALANG
 
PAMONG BUDAYA AHLI MUDA
PROVINSI JAWA TIMUR


DAFTAR PUSTAKA
apakabar@clark.net. Triyanto Triwikromo/Hendro Basuki-08
Budiman, Arif | Jumat, 23 Nopember 2007 Blog pada WordPress.com.
Fashri Fauzi. Penyingkapan Kuasa Simbol. Yogyakarta: Juxtapose.  2007
Herusatoto, Budiono. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita.1985.

SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)

 SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)