Search This Blog

2 Nov 2022

Kajian Serat Wulangreh Tembang Wirangrong (notasi tembang wirangrong sl dan pl)

 

SARASEHAN MACAPAT ANGGARA KASIH,

Pada Senin, 1 Agustus 2022

DI dispendik kabupaten sidoarjo

 

Kajian Serat Wulangreh Tembang Wirangrong

Pada (bait) ke-117;118, Pupuh ke-8, Wirangrong, Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV.

Den samya marsudeng budi,
weweka dipun waspaos.
Aja dumeh bisa muwus,
yen tan pantes ugi,
sanadyan mung sekecap,
yen tan pantes prenahira.

Kudu golek masa ugi,
panggonan lamun miraos.
Lawan aja age sira muwus,
durunge den kaesthi.
Aja age kawedal,
yen durung pantes lan rowang.

 Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Harap semua memperbagus akal budi,
kehati-hatian harus selalu diwaspadai (agar tak tertinggal).
Jangan mentang-mentang bisa bicara,
kalau tak pantas juga,
walau hanya satu ucapan,
kalau tak pantas letaknya.

Harus mencari saat (yang tepat) juga,
tempatnya kalau mau curhat.
Dan jangan lekas engkau bicara,
sebelum dipikirkan.
Jangan tergesa untuk melahirkan (isi hati),
kalau belum pantas di dengar teman curhatnya.

 

 

 

Kajian per kata:

Den (harap) samya (semua) marsudeng (memperbagus) budi (akal budi), weweka (kehat-hatian) dipun (di) waspaos (waspadai, dilihat dengan teliti, waskitha). Harap semua memperbagus akal budi, kehati-hatian harus selalu diwaspadai (agar tak tertinggal).

Harap semua memperbagus, meningkatkan, melakukan upaya pemuliaan, terhadap akal budi. Kehati-hatian selalu diwaspadai agar tidak hilang dari hati. Karena kehati-hatian diperlukan setiap saat agar tidak terpeleset dalam perbuatan tercela. Dalam kaitannya dengan bahaya dari sifat-sifat buruk yang timbul dari lidah, kita harus selalu berhati-hati. Salah satunya terhadap sifat buruk berikut ini.

Aja (jangan) dumeh (mentang-mentang) bisa (bisa) muwus (bicara), yen (kalau) tan (tak) pantes (pantas) ugi (juga), sanadya (walaupun) mung (hanya) sekecap (satu ucapan), yen (kalau) tan (tak) pantes (pantas) prenahira (letaknya). Jangan mentang-mentang bisa bicara, kalau tak pantas juga, walau hanya satu ucapan, kalau tak pantas letaknya.

Mengenai berbicara sembarangan kita sudah mengoleksi beberapa istilah yang berkaitan, nyacat, maoni, ngrasani, mada. Itu semua jelas harus ditinggalkan tanpa pengecualian. Oleh karena itu jika hendak berbicara harus melihat kepantasan. Apakah pembicaraan kita nanti masuk ke dalam salah satu sifat buruk di atas. Hal ini hendaknya selalu diperhatikan, lebih baik berhati-hati dan menahan diri. Jangan sampai hanya karena sepatah kata diri kita menjadi hina.

Kudu (harus) golek (mencari) masa (saat) ugi (juga), panggonan (tempat yang tepat) lamun (kalau) miraos (curhat, mencurahkan isi hati).  Harus mencari saat (yang tepat) juga, tempatnya kalau mau curhat.

Namun ada kalanya kita memerlukan teman untuk berbagi rasa, mencurahkan isi hati, bercakap secara pribadi dengan seseorang. Hal ini umum terjadi karena kadang orang memerlukan nasihat atau pun hanya sekedar menumpahkan perasaan.

Jika kita ingin melakukan hal di atas, maka perlu berhati-hati juga. Carilah waktu dan tempat yang baik. Jangan sembarang waktu dan tempat karena bisa terdengar oleh orang yang tidak berkepentingan.

Lawan (dan) aja (jangan) age (lekas) sira (engkau) muwus (bicara), durunge (sebelum) den kaesthi (dipikirkan). Dan jangan lekas engkau bicara, sebelum dipikirkan.

Selain harus memilih waktu dan tempat, juga perlu dipikirkan dahulu apa yang akan dibicarakan. Jangan cepat-cepat menumpahkan perasaan, rileks saja dahulu. Tergesa-gesa takan membuat celaka dan kontrol diri hilang.

Aja (jangan) age (cepat, tergesa) kawedal (terlahir), yen (kalau) durung (belum) pantes (pantas) lan rowang (didengar teman). Jangan tergesa untuk melahirkan (isi hati), kalau belum pantas di dengar teman curhatnya.

Menurut para ahli, tembang macapat ada bermacam-macam jumahnya, di dalam Widyaswara dan Serat Mardawa Lagu , tembang macapat terdapat delapan jenis, antara lain: pucung, dandanggula, sinom, pangkur, asmaradana, kinanti, durma, dan mijil (Sastrasuwignya dan Moelyono, 1981 :23-25).

Menurut Sarining Kasusastran Djawa, tembang macapat terdiri atas sembilan jenis, yaitu semua jenis tembang yang terdapat di dalam Widyaswara ditambah maskumambang (Subalidinata, 1968: 89).

Di samping itu, menurut "Serat Purwaukara", Kasusaslran Djawi I (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 1946:29), Ngengrengan Kasusastra Djawa I (Padmosoekotjo, 1958: 17), dan Pengantar Puisi Djawa (Darnawi, 1964: 13) tembang macapat berjumlah sembilan jenis.

Selanjutnya, menurut buku yang berjudul Purwakanthi, tembang macapat terdiri atas sepuluh jenis, yaitu semua jenis tembang yang terdapat di dalam Sarining Kasusastran Djawa dilambah dengan megatruh atau dudukwuluh (Mangunwidjaja, 1992: (19). Hal itu terdapat juga di dalam Panglipur (Sasrasumarta, 1931 :3-21) dan kasusatran djawa I (Samidjo, 1975: 13).

Menurut buku yang berjudul Himpunan Tembang Mataraman, tembang macapat terdiri atas sebelas jenis, yaitu seperti pada jenis tembang yang terdapat di dalam Purwakanthi ditambah dengan gambuh (Madukusuma, 1980:3-54). Hal itu terdapat juga dalam Mbombong Manah I (Tedjohadisumarto, 1958:5), Serat Sekar Macapat (Bratadipura dkk .), Dasar Kasusastran Jawi (Soetetarno dan Hadisubrata, 1974:27), "Serat Kasusastran Jawa" (Hadisubrata, 1974:73), dan "Sekar Alit/ Macapat, Sekar Tengahan, Sekar Ageng, Lagon-Lagon".

Menurut Tata Sastra, tembang macapat terdiri atas lima belas jenis, yaitu seperti pada jenis tembang yang terdapat di dalam Himpunan Tembang Mataraman ditambah dengan balabak, jurudemung, wirangrong. dan gurisa atau girisa (Hadiwidjana. 1967:54). Hal itu terdapat juga di dalam Pathokaning Nyekaraken (Hardjowirogo. 1952: 9-12, 18-19). "Teori Tembang Jawi" (Sugiyo. 1978:9--10) dan Sekar Macapat (Arintoko. 1981:3).

KESIMPULAN MAKNA TEMBANG

Jangan terlalu cepat mengatakan, pikirkan juga soal kepantasan. Lihat dan perhatikan juga teman curhat yang ada. Pilihlah orang yang bisa diajak bicara, bisa menjaga rahasia, sanggup memberi wawasan dan tidak picik. Memilih orang yang salah dapat mendatangkan bencana, meski kelihatan sepele, curhat bisa jadi salah satu bahaya yang berkaitan dengan lidah. Waspadalah, untuk jaman sekarang atau pada saat ini sangat sulit melakukan, mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini banyak sekali orang yang mengkritik dengan kebencian,lewat kabar hoak, (maido). Banyak bicara tidak bisa melakukan (akeh ngendikane dianggep jarkoni, iso ngujar ora iso nglakoni).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

WIRANGRONG

Laras Slendro Patet Sanga

 

 3   2  3   1   3  2    56  6

DEN SA-MYA MAR-SU-DENG   BU-  DI

 

5   6  !  !  !   !    !@!  ^%

WE-WE-KA DI-PUN-WAS-    PA-    OS

 

3  5 3  5   6  !  !   !

A-JA DU-MEH  BI-SA MU-WUS

 

!    !  6    6   6!6  53

YEN TAN PAN-TES      U-      GI

 

23 5   6    6    !  !  !

SA-NA-DYAN MUNG SA-KE-CAP

 

5    5   3   3  5   2   321  1

YEN TAN PAN-TES PRE-NAH    I-     RA

 

 

 

 

 

 

 

 

WIRANGRONG

Laras Pelog Patet Nem

 

 3   2  3   1   3  2    16  6

DEN SA-MYA MAR-SU-DENG   BU-  DI

 

5   6  !  !  !   !    !@!  65

WE-WE-KA DI-PUN-WAS-    PA-    OS

 

3  5 3  5   3  5 6!   !

A-JA DU-MEH  BI-SA MU-WUS

 

!    @   !   6    6   54

YEN TAN PAN-TES      U-      GI

 

24 4   4    56  56   23 21

SA-NA-DYAN MUNG SA-    KE-CAP

 

3    2  1    y  3    2  321   1

YEN TAN PAN-TES PRE-NAH    I-     RA

 

 







 

SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)

 SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)