Search This Blog

7 Mar 2020

KONSISTENSI SEBUAH PERTUNJUKAN ARAK-ARAKAN JATIM SPECTA NIGHT CARNIVAL DI KOTA MALANG


KONSISTENSI SEBUAH PERTUNJUKAN ARAK-ARAKAN
JATIM SPECTA NIGHT CARNIVAL DI KOTA MALANG
oleh 
Adiyanto, S.Sn,  MM
Pamong Budaya Ahli Muda Pro

Sebagai mana kita ketahui bersama bahwa Jatim Specta Night Carnival dalam petunjuk teknisnya adalah bersifat arak-arakan, apresiatif, kompetitif, kolosal dan spektakuler. Yang dibingkai dalam koreografi gerak sambil berjalan dengan memunculkan efek visual yang menonjol dengan komposisi dan lintasan yang dinamis. Sehingga dengan adanya ketentuan teknis seperti itu,  semua peserta pasti akan berlomba-lomba untuk mempersiapkan sebuah sajian yang sesuai dengan petunjuk teknis, karena mereka ingin tim yang dibawanya bisa menjadi yang terbaik dan bisa mendapatkan kejuaraan.
Ada sesuatu yang menarik di acara  Jatim Specta Night Carnival  yang diselenggarakan pada tanggal 7 Oktober 2017,  dengan start di Museum Brawijaya, panggung kehormatan di Simpang Balapan dan Finish Baperwil  Kota Malang  , yaitu konsistensi panitia penyelenggara dengan petunjuk teknis yang dibuatnya. Salah satunya adalah pada waktu prosesi pembukaan di panggung kehormatan, ada sebuah pertunjukan tari kolosal yang tergarap dengan rapi dan cukup baik dalam durasi yang cukup lama, sehingga acara utama  sebuah pertunjukan arak-arakan terkesan tersaingi dan bahkan kesilep atau kalah dengan pertunjukan pada waktu prosesi pembukaan.  Idealnya acara yang digarap dengan serius adalah acara utama yaitu pertunjukan arak-araknya dan untuk acara prosesi di garap dengan standar saja supaya pertunjukan utama yang bersifat arak-arakan bisa lebih specta. Kalau memang panitia penyelenggara sudah menyerahkan pelaksanaan teknisnya ke EO, seharusnya memilih EO yang sesuai, sehingga EO bisa menyarankan hal yang terbaik untuk sebuah acara. Misalnya acara tersebut adalah acara yang bersifat arak-arakan otomatis secara teknis akan menfokuskan sesuai dengan sifat acara tersebut. Jadi terkesan panitia tidak konsisten dengan acara yang di buat, yaitu Jatim Specta Night Carnival yang seharusnya bersifat arak-arakan akan tetapi berubah menjadi pertunjukan diatas panggung yang disajikan di panggung kehormatan pada waktu prosesi.
Adalagi suatu permasalahan yang terjadi yaitu panitia penyelenggara sangat marah ketika jarak antara peserta satu dengan yang lainnya terlalu jauh. Karena akan menyita waktu cukup lama yang mengakibatkan kurang bagus bagi para pimpinan. Coba kita berfikir bersama, para peserta ikut dalam acara ini inginnya pasti menang, karena acara ini adalah acara kompetisi. Sehingga bagaimanapun juga akan berusaha menggarap sebaik mungkin sesuai dengan petunjuk teknis yang telah disepakati. Ketika peserta satu menggarap dengan gerak dan peserta yang lain ada yang menggarap hanya sekedar berjalan biasa. Maka secara logika peserta yang jalan biasa akan lebih dulu dari pada peserta yang menggunakan gerak sambil berjalan sehingga dampaknya jarak peserta yang satu dengan yang lain   akan menjadi jauh. Faktor yang lain yaitu adanya kereta hias cukup besar  dengan  menggunakan mesin dan ada yang secara manual didorong oleh beberapa orang, secara otomatis yang menggunakan mesin akan lebih cepat dari yang manual atau, sehingga jarak antara peserta yang satu dengan yang lain akan berbeda.  Walaupun ada masalah seperti itu, penonton sendiri tidak mempermasalahkan itu, bahkan dianggap tetap menghibur.  sedangkan untuk para peserta juga cukup menikmati sebagai peraga dalam acara arak –arakan seperti ini.  
Sehingga timbul tanda tanya dalam pikiran saya, untuk siapakah acara ini diadakan? Untuk penonton yang notabene adalah masrarakat awam, untuk peserta, untuk panitia atau untuk para pimpinan yaitu para pejabat tinggi.  Mungkin ada sedikit pemikiran untuk di pikirkan, kalau memang acara tersebut untuk menghibur masyarakat berarti acara yang diselenggarakan kemarin sudah dianggap sukses kenyataannya penonton cukup banyak dan banyak yang terhibur, karena memang kebutuhan masyarakat penoton hanya butuh suatu tontonan yang rame, unik dan jarang diadakan di wilayah tersebut, penonton tadak ada kometar jelek adanya acara tersebut dan menonton sampai selesainya acara. Kalau acara tersebut untuk peserta seharusnya panitia memberikan ruang gerak para peserta untuk berkreasi sesuai dengan keinginan peserta karena bagaimanapun ini bersifat kompetisi, jadi biarkan para peserta secara liar menterjemahkan karya –karyanya sesuai dengan petunjuk teknis yang telah disepakati, jadi para seniman punya cara, strategi dan rasa estetik sendiri-sendiri disesuaikan oleh tingkat pemikiran mereka.  Terlepas dari kesesuaian tema, jarak antara peserta yang satu dengan yang lain, dan estetika.  Jadi siapapun peserta yang tidak sesuai dengan petunjuk teknis yang dibuat panitia maka dengan sendirinya akan kalah dalam penilaaian. Karena bagaimanapun juga dewan pengamat  punya kewenangan untuk melilih siapapun pemenangnya dengan mempertanggungjawabkan hasilnya.    Kalau memang acara ini untuk panitia ya seharusnya sebelum mengadakan acara, keinginan panitia pada acara tersebut   yang  bagaimana.  Jadi tidak akan terjadi panitia melanggar aturan yang dibuatnya sendiri.  Kalau memang acara ini untuk pimpinan seharusnya acara ini dibuat sepraktis mungkin, meyesuaikan keinginan para pimpinan. Dengan study kasus yang kemarin bisa diterjemahkan,  bahwa slera pimpinan adalah  suatu pertunjukan praktis tidak memakan waktu yang cukup lama dan estetik menurut pandangannya.
Maka acara Jatim Specta Night Carnival perlu pemikiran yang matang untuk kita renungkan bersama. Semoga pemikiran diatas bisa menjadi pemikiran kita bersama -bersama sehingga bisa menghasilkan suatu acara yang benar-benar specta untuk semua kalangan masyarakat, peserta, panitia penyelenggara dan para pimpinan atau pejabat.         
  


3 Mar 2020

WAYANG PAMEKASAN PUNAH, TANPA PENERUS



WAYANG PAMEKASAN PUNAH, TANPA PENERUS
Kesenian tradisional wayang kulit Pamekasan, di Madura, sekarang ini sudah punah karena tidak ada lagi generasi baru yang meneruskannya. Para dalang tua yang menguasai wayang dengan dialog berbahasa khas Madura itu sudah tiada lagi. Sementara Instansi yang terkait dengan Kebudayaan, seperti Dinas Kebudayaan, Dewan Kesenian serta lembaga yang lain tidak memiliki agenda konkret untuk melestarikan kekayaan tradisional seperti wayang kulit gaya Pamekasan. Sehingga yang terjadi untuk generasi penerus di pertunjukan wayang kulit pamekasan sekarang sudah tidak ada lagi.
Penjaga Vihara Avalokitesvara Pamekasan Bapak Kosala Mahindra mengatakan, generasi muda tidak berminat untuk menekuni seni tradisi wayang pamekasan ini karena dinilai kurang menarik, ketinggalan zaman, tidak menjanjikan penghasilan yang layak, serta kurang diapresiasi publik.
Wayang Pamekasan, yang diperkirakan tumbuh sejak 300 tahun yang lalu, memiliki sumber cerita yang sama dengan wayang purwa dari Jawa. Bedanya, wayang di Pamekasan mempunyai bentuk wayang yang berbeda dan dimainkan dengan menggunakan bahasa Madura, serta menggunakan iringan gending-gending khas gaya Pamekasan Madura.
Dewasa ini perkembangan kebudayaan sangatlah pesat. Hal itu merupakan efek langsung dari globalisasi yang menjadikan dunia yang luas ini bagaikan hanya satu kampung saja sehingga informasi yang ada di belahan bumi bagian barat bisa dengan mudah dan cepat di katahui oleh belahan bumi bagian lain, begitu halnya dengan kebudayaan.
Akhir- akhir ini buming yang namanya budaya k-pop. Mulai dari musik dan gaya dance ala- ala boyband dari Negara Korea tersebut. Penulis yakin masyarakat juga fasih tentang gaya yang update pada  saat ini, yaitu gangnam style yang dalam sekejab menjadi tren di masyarakat. Hal ini merupakan bukti betapa mudahnya budaya dari satu negara bisa masuk ke negara lain dan juga ke indonesia dan ke pulau madura juga. Disadari atau tidak, hal tersebut bisa menggerus habis budaya kita. Karena bisa jadi generasi muda kita malah lebih mencintai budaya luar dan melupakan budaya sendiri. Ini harus mendapatkan perhatian khusus dari semua lapisan masyarakat
Kemajuan teknologi adalah bagus apabila bisa kita gunakan semaksimal mungkin. Globalisasi adalah kesempatan apabila kita bisa memanfaatkannya untuk mempromosikan jati diri kita. Bukan malah kehilangan jati diri dan terombang ambing dalam arus budaya orang lain. Akan tetapi yang penulis lihat di dunia nyata adalah masyarakat pada saat ini terlalu terlena dengan globalisasi dan teknologi sehingga kita hanya menjadi penikmat belaka. Akhirnya, budaya yang seharusnya kita perkenalkan dengan bangga ke daerah daerah lain, akan tetapi kita malah bingung sendiri.
Agar hal di atas tidak terjadi, maka Kabupaten Pamekasan ketika mengadakan acara-acara formal dipemerintahan sebaiknya menampilkan kesenian tradisional khas Pamekasan salah satunya wayang kulit Pamekasan.  
Kesenian wayang kulit pamekasan merupakan kesenian di Pamekasan Madura yang hampir dilupakan. Maka dari itu kesenian tersebut coba diangkat kembali di acara-acara gelar seni di Madura agar tidak benar – benar di lupakan. Kesenian yang bersifat modern di perbolehkan tampil di acara- acara di Pamekasan , akan tetapi perbandingannya tidak boleh melebihi bobot kesenian tradisional. Tujuan utamanya adalah memperkenalkan kesenian khas Pamekasan yang mulai ditinggalkan karena banyaknya seni modern yang beredar, sehingga diharapkan masyarakat akan mengenal dan mencintai kesenian khas pamekasan yang menjadi identitas diri dari kabupaten pamekasan.
 Untuk menghidupkan kembali seni budaya tradisional sebagai wujud dari jati diri maka perlu sumbangsih dari berbagai pihat diantaranya pemerintah, pecinta seni tradisi, senimannya serta masyarakat,  harus punyakesadaran untuk  benar – benar mengangkat seni tradisi dan budaya sebagai jati diri suatu bangsa.
Apabila banyak kesenian tradisi kita yang hilang dan tergantikan oleh seni modern dari negara lain yang notabene bukan kesenian asli dari daerah kita, malah yang lebih parah kita pernah jumpai kesenian kita hidup dan berkembang di negara lain. Tidakkah kita merasa tertampar dengan kenyataan seperti itu? Atau jangan – jangan kita juga termasuk yang tidak tahu dan tidak mau tahu. Oleh sebab itu sudah saatnya kita bangun dari mimpi buruk ini. Dengan cara mebuat generasi muda kita tidak hanya tahu secara kontekstual tentang seni budayanya, akan tetapi kita harus memberi wawasan juga secara praktek.
Tertarik akan hal yang baru adalah wajar. Bahkan itu adalah sifat dasar manusia. Biasanya manusia itu menyukai hal – hal baru yang belum pernah ia temukan dan menarik perhatiannaya. akan tetapi apabila semua itu menjadikan manusia lupa dengan jati diri yang sebenarnya, maka kita patut prihatin.
Melihat fenomena ini kita memang tak lantas dapat menyalahkan masyarakat yang lebih memilih kesenian modern dibanding kesenian tradisional yang kita miliki. Perlunya ada penanaman dini tentang kecintaan terhadap kesenian tradisi seperti mengenalkan, wayang, tarian,musik karawitan dan yang lainnya agar setelah mereka mengenal lalu mereka tertarik untuk mempelajari selanjutnya.
Sudah saatnya kita sebagai masyarakat khususnya pelajar dan mahasiswa, harus bisa memilah apa yang masuk dari luar artinya kita harus bisa memilih dan menyaring mana yang lebih baik dan positif untuk kita ikuti. Bukan sekedar ingin mengikuti tren yang sudah ada tanpa memfilter terlebih dahulu. Sudah saatnya kita kembangkan dan lestarikan kembali kesenian tradisional yang sudah mulai tergerus oleh kesenian modern, karena bagaimanapun itu adalah hasil cipta karya bangsa kita.
Hal yang harus dilakukan banyak pihak untuk menghidupkan kembali kesenian tradisional wayang Pamekasan adalah mengenalkan  sejak dini wayang Pamekasan di sekolah mulai dari TK, SD, SMP, SMA sesuai dengan tingkat pemahaman anak tentang wayang, Dengan kegiatan program masuk sekolah ini, diharapkan kepada generasi muda untuk lebih mengenal kesenian yang sudah semakin langka tersebut dan akan tertarik mempelajari dan mengenal wayang kulit lebih dekat. Selanjutnya adalah promosi ketika ada pergelaran wayang sehingga dalam pergelaran banyak sekali penontonnya. Karena sukses tidaknya suatu acara juga dilihat dari banyaknya orang yang antusias dengan acara tersebut. Kita bisa merasakan bagaimana garingnya acara tersebut apabila penontonnya tidak semarak / meriah atau hanya segelintir orang saja yang menonton.

Penulis : Adiyanto, S.Sn, MM
Pamong Budaya Ahli Muda
Provinsi Jawa Timur

SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)

 SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)