Search This Blog

5 Mar 2017

WAYANG KEDIREN KI DJOKO LANGGENG

I.            WAYANG KULIT KI DJOKO LANGGENG

Ketika Djoko Langgeng masih duduk di bangku Sekolah Rakyat (SR), dia sangat berbakat dalam hal menggambar. Ki Djoko Langgeng masih kelas satu, dia mengikuti lomba menggambar wayang kulit yang diadu dengan kelas enam, dan hasil dari perlombaan menggambar itu, justru dia yang mendapat juara satu. Itu artinya bahwa memang dia sudah mempunyai bakat menggambar sejak dia masih kecil. Sedangkan tambahan pengalaman untuk membuat wayang, dia mendapat pengalaman dari banyak orang.
Wayang kulit Ki Djoko Langgeng yang dibuat bukan wayang kulit biasa, banyak orang yang bilang wayang kulit buatannya adalah wayang pedalangan, karena memang dalam hal membuat wayang kulit dia tidak berpikir bahwa wayang yang dia buat untuk di jual, tapi dia membuat wayang berdasarkan hobi atau kesukaan, dan didalam benaknya membuat wayang kulit itu adalah untuk kebutuhannya  didalam pertunjukan wayang karena dia sendiri adalah seorang dalang.  Ciri khas wayang kulit buatannya adalah :
               1.          Mengutamakan Wanda dan Kapangan pada wayang kulit. (raut wajah/ muka dan anatomi tubuh yang proporsional)[1].
               2.          Mengutamakan bedahan pada wayang kulit. (tatahan pada bagian wajah/ raut muka dalam wilayah estetik yang paling tinggi dalam mengapresiasi rupa pada wayang kulit)[2].
               3.          Tatahan[3] pada wayang kulit terlihat padang, wijang, dan lugu. (jelas, lugas dan sederhana)
               4.          Sunggingan[4] biasanya sangat sederahana tapi mungguh dan semu. (sesuai dan serasi).
Ki Djoko Langgeng  juga sangat gemar untuk memperbaiki wayang kulit yang sudah rusak, dia menganggap kalau memperbaki wayang kulit yang rusak adalah bagian dari menghargai pembuat wayang yang terdahulu.  Ketika wayang yang sudah rusak itu menjadi utuh kembali maka dia juga akan menyenangkan leluhur nenek moyang yang telah membuat wayang kulit tersebut.
Dia  memperbaiki wayang yang rusak itu karena ngugemi (mentaati) pesan dari mbah Wiro Warsono[5] pada waktu itu.


Mbah Wiro Warsono mengatakan :
  le yen kowe kepingin dadi dalang lan iso duwe wayang, awakmu kudu iso ndandani wayang lan kudu gemati karo wayang”.

yang artinya “nak ketika kamu ingin menjadi dalang dan ingin mempunyai wayang, kamu harus bisa memperbaiki wayang dan harus cinta dengan wayang”.
Dari pernyataan mbah Wiro Warsono tersebut maka dia sampai sekarang senang sekali memperbaiki wayang yang rusak apalagi jika wayang tersebut mempunyai nilai sejarah dari para leluhur terdahulu. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia adalah dokternya wayang. Karena banyak wayang yang telah rusak parah menjadi utuh kembali oleh tangannya.









[1] Rudy Wiratama Partohardono, Rupa dan bentuk wayang kulit purwa Jawa ditinjau dari mazhab/ alirannya ( Surakarta, 2009).

[2] Heru S Sudjarwo et al, Rupa dan Karakter Wayang purwa (Jakarta, Kakilangit Kencana, 2013). Hal. 13.
[3] Tatahan adalah lubang yang berbentuk semacam ukiran pada wayang kulit. (Ki Marwoto Panenggak widodo, 1984, hal. 17)
[4] Sunggingan adalah pemberian warna pada wayang kulit, para seniman pedalangan juga menyebutnya pulasan. (Ki Marwoto Panenggak widodo, 1984, hal. 89)
[5] Dalang dari Soran Kabupaten Klaten, beliau adalah kakak dari kakeknya Ki Djoko Langgeng, dia menyebutnya Mbah Soran.













































Tambahkan teks












WAYANG MAHABARATA

I.            KARYA WAYANG MAHABARATA
Setelah membuat wayang Kristen versi dua Ki Djoko Langgeng bersama dengan adiknya Ki Djoko Santoso bekerjasama lagi untuk membuat karya wayang lagi yaitu wayang Mahabarata. Karya wayang Mahabarata tersebut berbentuk hampir seperti wayang Ramayana karyanya yang dulu akan tetapi didalam wayang mahabarata terdapat tokoh-tokoh wayang pandawa, kurawa dan tokoh tokoh lain seperti wayang purwa pada umumnya. Bentuk fisik wayang Mahabarata tersebut untuk bagian bawah wayang menggunakan rampekan semua, wayang tersebut ada satu kotak yang berjumlah hampir duaratusan (200) wayang.
Wayang mahabarata tersebut untuk saat ini dikoleksi oleh kolektor dari Jakarta yaitu Bapak Kondang Sutrisno. Berikut contoh wayang mahabarata Tersebut :


Inilah sebagian contoh wayang Mahabarata :






Setiyaki





 Baladewa












































SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)

 SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)