Search This Blog

1 Nov 2020

JINEMAN MARIKANGEN

 

JIN MARIKANGEN                   

                                                                                          


  

 

 

 

 

 ADIYANTO

 

 

Duh Hyang Sukma

Mugi enggal pinanggehna garwa kula

Sampun dangu ngupadi boga

Ing kitha ngayogyakarta

Sun puji sun puji manggya basuki

(man eman eman) eman eman baguse

Wus suwe wus suwe nggonku ngenteni

Duh wang bagus

mbenjang napa kundur ndika  (2x)

elinga mring kulawarga (aduh rama ramane dewe)

aduh lae wong kangen ngene rasane

becike yen kangen ketemu wae

 

kembang kertas kembang melati

sing nggagas nganti setengah mati

jolali (4x) jolali jaman semana

nalikane nglamar kula

intak intik saben sore (eman 4x) lampahe

mbokya mbokya eling, mbok ya eling karo janjine

dek semana mati mukti den lampahi

mbok ya eling ati loro dadi siji

prasetyane paribasane umpami

sambuk cilik kebacut nggonku nresnani

sliramu sliramu mari kangen yen ketemu

19 Oct 2020

YEKTINE URIP PUNIKU (KINANTHI)

 

KINANTHI


 

 

ADIYANTO

 

 

 

 

YEKTINE URIP PUNIKU

KUDU ELING LAWAN GUSTI

TINDAK TANDUK KANG UTAMA

KARYENG NAKTYASING SESAMI

DEN ELINGA LAMUN MBENJANG

MANUNGSA NGUNDUH PAKARTI

 

ARTINYA

SEBENARNYA HIDUP ITU

HARUS SELALU INGAT TERHADAP TUHAN

PERBUATAN DAN PERILAKU YANG BAIK

SELALU MEMBUAT SENANG ORANG LAIN

INGATLAH SELALU BAHWA BESUK

MANUSIA AKAN MENDAPAT HASIL APA YANG DIA TANAM

JINEMAN GARA-GARA ( BOCAH BAJANG NGGIRING ANGIN)

 

Jineman Untuk Gara-Gara

Setiap latihan karawitan, tidak lupa Pak Prapto selalu membunyikan Jineman untuk Gara-Gara.

Lalu sebenarnya  apa yang menjadi keunikan dari Syair Jineman tersebut :

Bocah Bajang nggiring angin
anawu banyu segara
ngon-ingone kebo dhungkul
sa sisih sapi gumarang


Bojah bajang menggiring angin
Menguras air lautan
Peliharaannya kerbau bodoh
Beriringan dengan sapi gumarang

 

Anak bajang adalah gambaran dari manusia yang lemah, bodoh, rapuh dan berdosa, disatu sisi, namun disisi lain, ada Roh yang hidup di dalam kerapuhannya.

Menghidupi Roh yang sempurna di dalam pribadi yang lemah, membutuhkan perjuangan yang tak berkesudahan.

Diibaratkan anak bajang menggiring angin dengan sebatang lidi dan menguras samodra dengan tempurung kelapa, yang tidak akan pernah selesai.

Kecuali Sang Empunya Kehidupan sudah menganggap cukup.

Seolah Semar mewartakan kepada seluruh isi hutan belantara itu, mengabarkan kepada seluruh penghuni dunia, bahwa manusia dikaruniai kelemahan yang ada pada wujud seekor kerbau, namun di sisi lain juga memiliki kelebihan layaknya sapi gumarang yang cerdas dan bertanduk tajam.

Dan untuk menggapai kesempurnaan hidup haruslah diupayakan mengharmoniskan antara sifat yang serba kurang, lemah dan cacat di satu sisi dan sifat yang serba sempurna di sisi yang lain.

manusia membutuhkan perjuangan panjang, sepanjang umur manusia itu sendiri, seperti bocah bajang nggiring angin dan nawu segara, menggiring angin dan menguras lautan, tiada pernah akan selesai.

 

oleh:  Adiyanto 



21 Jul 2020

KARENA COVID-19 SENI PERTUNJUKAN RITUAL MENJADI CATATAN ARSIP


KARENA COVID-19 SENI PERTUNJUKAN RITUAL MENJADI CATATAN ARSIP

Permasalahan pandemi Covid-19 di Jawa Timur untuk saat ini belum juga mereda. Untuk menangkal penyebaran virus tersebut, seluruh aktivitas seni pertunjukan mulai dari, pergelaran wayang kulit, pergelaran tari, karawitan, campursari, ludruk, wayang wong, dan pergelaran seni yang lain harus di tunda sampai waktu yang belum bisa di tentukan. Pada akhirnya para pekerja seni yang kehidupannya hanya menggantungkan pada pementasan seni, untuk sementara mereka harus mengencangkan ikat pinggang, dan salah satu solusinya tetap mencari jalan lain  agar tetap bisa bertahan hidup.
Setelah hampir empat bulan lebih Jawa Timur berjuang menghadapi pandemi Covid -19, kini para seniman tengah bersiap untuk menghadapi kehidupan baru (new normal). Kedepan perlahan-lahan para seniman akan mulai menjalani kehidupan sehari-hari seperti sebelum pandemi muncul, namun tetap dengan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan oleh pemerintah. Perlahan-lahan pula sistem pada kerja seni pertunjukan mau tidak mau juga harus masuk ke arah tatanan baru.
Pada masa pandemi seniman harus berjuang untuk tetap bertahan dengan aktivitas seninya. Teknologi digital adalah salah satu pilihan yang memungkinkan untuk mendukung keadaan pada masa pandemi. Para seniman berlomba-lomba menciptakan suatu karya seni dengan memanfaatkan teknologi digital. Banyak sekali karya seni pertunjukan live streaming dari rumah sebagai upaya untuk tetap menghidupkan proses kreatif senimanSeperti pertunjukan wayang kulit live setreaming, campursari live streaming, karya tari live streaming dan masih banyak lagi.
Selain karya baru lewat live streaming, sebagian para seniman ada yang melakukan pengunggahan video-video pertunjukan melalui media Youtube. Ini menunjukkan bahwa masih ada kehidupan seni yang masih eksis di tengah-tengah pandemi covid-19. Tak hanya usaha untuk menunjukan eksistensi seni, namun juga sebagai jalur untuk mengumpulkan donasi bagi seniman yang terkena dampak pandemi covid-19. Seperti Pentas Donasi Virtual Untuk Pekerja Seni, Ngamen Online Donasi Bersama CSGMT Musik, Live Streaming Donasi Covid-19 Campursari Sangkuriang Ideal Sound Riana Jaya Multimedia dan masih banyak lagi.
Dengan adanya karya-karya seni pertunjukan lewat virtual tersebut, disisi lain ada sesuatu hal yang baru akan tetapi dengan kondisi seperti itu seni pertunjukan menjadi terpisah antara sajian seninya dengan para penonton. Tentu pertunjukan seni tersebut tidak sepenuhnya menciptakan kesan ruang pertunjukan yang nyata, seperti  pertunjukan yang biasanya dengan banyaknya penonton yang sangat riuh. Namun hal ini tidak menjadi usaha yang sia-sia dalam dunia seni pertunjukan khususnya. Kita hanya butuh membiasakan diri untuk tidak membatasi makna pertemuan. Kondisi ini juga mau tidak mau mewajibkan para pelaku seni untuk mampu bekerja dengan lintas media. 
Lalu bagaimana seni pertunjukan setelah melewati masa pandemi dan memasuki normal baru, apakah seni pertunjukan akan tetap memakai teknologi digital sepenuhnya untuk menyalurkan ide dan gagasan mereka. Mungkin bagi sebagian pelaku seni pertunjukan tidak ada masalah dan bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Tapi bagaimana dengan kesenian yang lain, tentu ini akan menjadi masalah bagi pelaku seni yang mustahil berselancar bebas dengan teknologi digital. Pada pertunjukan seni ritual misalnya. Apakah kita akan melihat sebuah ritual pada tari jaranan yang khas dengan pertunjukan trance, dalam istilah jawa ndadi. Para penari memakan beling, kembang bahkan ada yang di cambuk tapi tidak merasakan sakit, seni pertunjukan ritual tari tiban yang sudah turun temurun menjadi bagian kebudayaan masyarakat Jawa Timur, terutama pada daerah Trenggalek, Blitar, Kediri dan Tulungagung yang yang mempunyai fungsi untuk mendatangkan hujan, seni pertunjukan ritual seblang dari Banyuwangi dan masih banyak lagi seni pertunjukan ritual yang lainnya. Apakah semua pertunjukan-pertunjukan seni pertunjukan ritual itu hanya akan kita lihat layar komputer maupun HP? Saya membayangkan kita akan kehilangan rasa ngeri ketika melihat penari kerasukan dan di sisi lain akan mengurangi rasa kesakralan pada seni pertunjukan ritual tersebut. 
Dengan adanya seni pertunjukan virtual ini, pertunjukan seni  ritual yang lebih sering terjadi di daerah-daerah yang masih menjaga tradisi leluhur mereka, akan menjadi perkara baru bagi seniman yang mendedikasikan hidupnya pada bentuk seni pertunjukan ritual tersebut. Pembatasan pertemuan dengan skala besar yang ditentukan oleh protokol kesehatan sedikit demi sedikit akan ikut menggerus keberadaan seni pertunjukan ritual. Hal ini akan menjadi bentuk ketakutan untuk berkelompok. Upaya-upaya pemerintah sebelumnya untuk membantu proses kreatif ternyata tak cukup membantu keberadaan seni pertunjukan ritual yang berlangsung di dalam desa-desa. 
Jika seni pertunjukan ritual tersebut juga akan dipindah pada media digital, maka ia akan hidup sebagai catatan yang hanya akan berakhir sebagai arsip atau dokumen. Tatahan baru atau normal baru adalah jalan tertatih bagi pelaku seni pada seni pertunjukan ritual. Apakah memungkinkan jika kelak kita melihat penari jaranan yang tengah kesurupan, penari tiban yang saling mencambuk serta penari seblang yang sedang dalam kondisi trans harus memakai face shield dan masker pada wajah mereka,  barangkali seni pertunjukan ritual tetap jalan adalah dengan memasang atribut protokol kesehatan pada tubuh mereka yang berguna untuk melindungi mereka dan yang lainnya. Dan penonton seni pertunjukan ritual akan memiliki jarak yang lebih jauh lagi dari keberadaan penari yang sedang beratraksi. Maka dari itu para pelaku seni, pecinta seni, penikmat seni dan para pemerhati seni harus siap dengan kemungkinan pergeseran makna seni pertunjukan ritual menjadi kesenian normal baru yang serba berjarak antara yang satu dengan yang lain.

Penulis : Adiyanto,S.Sn, MM
Pamong Budaya Ahli Muda
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur


SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)

 SLENDANG SUTRA PELOG BARANG LANGGAM NOTASI BALUNGAN (ADITYASTUTI)