Search This Blog

15 Mar 2015

DJOKO LANGGENG

DJOKO LANGGENG.
 


Djoko Langgeng yang dikenal dengan panggilan nama Djoko adalah anak dari pasangan  seniman dalang yaitu Ki Gondo Tukasno dengan Ibu Subini, dari Manjungan, Ngawen Klaten Jawa Tengah, Djoko Langgeng menpunyai nama lain yaitu Djoko Adi Carito, Djoko Langgeng Soedarsono, dan Djoko Langgeng Suryo Alam.  Pada masa remaja ia pernah tinggal bersama Ki Dalang Wiro Warsono atau ia menyebut Mbah Soran, karena Mbah Soran masih adik dari kakeknya yang bernama Ki Dalang Harjo Martono dari Kwiran Klaten, beliau di sebut Mbah Soran karena berasal dari desa Soran Klaten, Ia juga pernah nyantrik untuk belajar ndalang di desa Samber, Kabupaten  Klaten di rumahnya Ki Dalang Puspo Pandoyo,  Beliau adalah adik Ibunya Djoko langgeng yang bernama Ibu Subini, karena Ia lama nyantrik disana maka Ia mencintai anak Ki Puspo Pandoyo yang akhirnya Djoko Langgeng menikah dengan anaknya  yang pertama bernama Endang Sutarmi. Dari pernikashan itu Ia mempunyai lima anak yaitu :  

1. Sri Ajeng Sulistyo Rini
2. Adiyanto
3. Slamet Sri Raharjo
4. Kristianto
5. Nulik Wulandari

            Pada waktu menikah Djoko Langgeng beserta istri nyantrik  di Semarang dengan Ki Dalang Slamet, istri Ki Dalang Slamet adalah kakak ayahnya yaitu Ki Dalang Gondo Tukasno. setelah beberapa lama Djoko Langgeng mulai hidup sendiri dengan keluarganya di Solotigo, Semarang dan mulai kariernya sebagai seorang dalang dan istrinya sebagai sinden. Mulai tahun 1989 Djoko Langgeng pindah tempat ke Dusun Sumber, Desa Tiru Kidul, Kec. Gurah, Kab. Kedir, Prov. Jawa Timur sampai sekarang.

DJOKO LANGGENG BERKARYA

Djoko Langgeng bisa membuat wayang kulit sudah sejak remaja, ia membuat wayang kulit mendapat pengalaman dari banyak orang. Wayang kulit yang ia buat bukan hanya wayang kulit biasa, banyak orang yang bilang wayang kulit buatannya adalah wayang pedalangan, karena memang dalam hal membuat wayang Ia tidak berfikir bahwa wayang yang Ia dibuat tidak untuk di jual, tapi Ia membuat wayang berdasarkan hobi atau kesukaan, dan didalam pikirannya membuat wayang kulit itu adalah untuk kebutuhan Dia didalam mendalang karena Ia sendiri adalah seorang dalang.  Ciri khas wayang kulit buatannya  adalah di leher wayang ada bubukan satu setelah langgatan, dan di kuping wayang kulit sebelah atas di tengah kuping bukan unther  tapi lengkung lincip.
Pada waktu di Solotigo Ia membuat wayang Patihan Sabrang yang kepalanya bisa putus digunakan pada waktu ia mendalang. patihan tersebut di gunakan pada waktu perang gagal, Ia juga membuat buto babrah yang kepalanya juga bisa putus untuk perang sekar pada waktu perang dengan gatutkoco yaitu perang samberan yang kemudian kepala buto tersebut  di putus dan dibawa terbang ke angkasa. Dulu pada waktu wayang yang kepalanya bisa putus ketika wayang tersebut kepalanya putus langsung bisa mengeluarkan darah, tapi karena darah wayang tersebut dapat mengotori kelir wayang maka sekarang untuk pemakaian darah yang keluar sudah tidak dilakukan lagi.  Kemudian Ia mengarang barisan prajurit yang kaki dan tangannya bisa bergerak, kemudian ada orang yang membawa bedug atau jidor di depan perutnya, serta setanan yang aneh aneh seperti setan yang matanya bisa mengeluarkan cahaya dan sebagainya. Wayang wayang tersebut digunakan untuk mengisi pada waktu setelah budalan wadyo bolo untuk mengisi geculannya. Yang sampai sekarang sudah digunakan oleh dalang-dalang lainnya.
Ia juga pernah mengarang senjata berupa gada yang bisa bercahaya ketika senjata gada tersebut di adu. Senjata itu di gunakan pada waktu perang gagal.
Ia juga menciptakan senjata gada yang di gunakan untuk perang tapi karena gada tersebut pecah langsung menjadi kampak, setelah senjata kampak hancur langsung jadi tumbak. jadi senjata gada tersebut seperti tree in one, satu senjata tiga fungsi.
Ketika Ia terinspirasi dengan wayang orang maka Ia mengarang cakil dengan wajah cakil wayang orang , yang di sebut cakil Rai Wong yang sampai sekarang sudah menyebar dan banyak digunakan oleh dalang-dalang sampai sekarang. Ketika Ia kenal dengan dalang yang bernama Ki Darman Gondo Darsono dari Sragen, Ia mulai membuatkan wayang untuk Beliau yang di sebut wayang Ramayana satu kotak yang sekarang wayang tersebut di koleksi dan dipakai oleh Ki Mantep Soedarsono dari Tawangmangu Jawa Tengah, yang sampai sekarang banyak irah- irahan wayang ramayana tersebut  menjadi inspirasi bayak dalang untuk berkarya dalam membuat wayang kulit. Ia juga membuat patihan sepuh dan pendito sepuh gundul yang Ia biasa menyebut patih mentaun dan pendito li ceng swi   yang sampai sekarang sudah menyebar digunakan dalang-dalang. Dengan adanya wayang ramayana tersebut Ia juga menciptakan wayang mahabarata satu kotak yang sekarang menjadi koleksi di Jakarta oleh Bapak Kondang. Ia juga membuatkan wayang wahyu untuk orang belanda satu kotak.
               Ia juga pernah membuat wayang wahyu/ wayang kulit kristen yang di pesan oleh orang belanda satu kotak.
            Karena Ia sudah lama tinggal di kediri maka Ia terinspirasi untuk membuat wayang kediren yang sampai sekarang ia mulai berkarya terus untuk melengkapi wayang kediren tersebut. Ia Juga terkenal dengan sebutan Dokter Wayang Kulit karena banyak wayang Kulit yang rusak tetapi wayang tersebut menjadi utuh kembali malah kadang bisa saja wayang tersebut berubah menjadi tokoh wayang lain yang menurut Dia lebih menjadi baik, sehingga wayang kulit yang rusak tersebut bisa menjadi utuh kembali dan lebih berarti.


Ki Djoko Langgeng bersama Bapak Sangit yang menjadikan inspirasi membuat tokoh wayang kulit pendito li ceng swi



No comments:

Post a Comment

BEDAYAN LOGONDANG NOTASI PELOG LIMA ADITYASTUTI

 BEDAYAN LOGONDANG NOTASI PELOG LIMA ADITYASTUTI