Search This Blog

5 Dec 2017

OPINI.....ANEKDOT BIDANG KEBUDAYAAN






ANEKDOT BIDANG KEBUDAYAAN

            Apabila kita mengamati persoalan-persoalan saat ini  bagaikan anekdot yang sering bermunculan baik di jejaring sosial maupun di media massa. Lalu apakah anekdot itu? menurut pamahaman masyarakat umum bahwa anekdot adalah cerita-cerita yang lucu, konyol serta menarik. Disisi lain ada hal yang menarik perhatian, dan saya anggap itu sebagai anekdot tentang kebudayaa. Banyak pemahaman masyarakat kita yang salah kaprah memahami tentang kebudayaan. Mereka mengganggap bahwa kebudayaan adalah kesenian. Ketika ngomong masalah melestarikan kebudayaaan yang dijadikan contoh kebayakan hal-hal yang terkait dengan seni, seperti melestarikan wayang, tari, dan yang lainnya. Kalau bicara tentang pengembangan kebudayaan yang di pahami yaitu karya tari baru, musik kontemporer, menginovasi lagu dan lainnya. kalau menangani tentang kelembagaan budaya pasti yang di tangani tentang sanggar seni, Komunitas seni atau paguyuban seni, pokoknya seni, seni dan seni.
            Ada sesuatu hal yang menarik yang perlu dipikirkan bersama, salah satunya di  Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur ada bidang Kebudayaan yang membawahi tiga seksi, yaitu seksi Pelestarian Tradisi, Seksi Pembinaan Kesenian dan Seksi Pengembangan Kelembagaan Budaya. Di bidang Kebudayaan ini mempunyai program kegiatan yang hampir 90% semuanya adalah kesenian diantaranya adalah Apresiasi wayang kulit, Festival Karya Tari, Festival Kesenian Pesisir Utara, uyon-uyon, Penghargaan Seniman dan masih banyak lagi, hampir semuanya berkaian dengan yang namanya kesenian. Dari semua kegiatan yang berkaitan dengan kesenian itu hampir 80% sifatnya adalah pergelaran. Di seksi Pelestarian Tradisi juga menangani pergelaran seni, di seksi Pengembangan Kesenian menangani pergelaran seni walaupun sebenarnya pembinaan kesenian tidak harus bersifat pertunjukan. Di seksi Pengembangan Kelembagaan Budaya juga menangani pergelaran seni. Kalau seperti itu apa fungsinya nama-nama yang  melebeli pada setiap seksi, apa hanya sebagai hiasan semata. Yang menjadikan pertanyaan mengapa hal ini terjadi?. Kenapa nama-nama yang melekat pada setiap seksi tidak membuat program kegiatan yang sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya masing-masing.
            Ada anekdot masyarakat yang menarik juga untuk kita pikirkan. “DPR adalah Dewan Perwakiran Rakyat, masyarakat ingin mobil mewah sudah diwakili DPR, masyarakat ingin rumah mewah sudah diwakili DPR, masyarakat ining jalan-jalan ke luar negeri sudah diwakili DPR”. Dari anekdot diatas yang sebenarnya DPR adalah mewakili semua aspirasi masyarakat akan tetapi diplesetkan mewakili keinginan yang bersifat barang mewah seperti, mobil, rumah dan jalan-jalan ke luar negeri. Dari anekdot itu yang sifatnya adalah guyonan akan tetapi di dunia nyata ini terkesan “fakta”. Dengan melihat bayaknya anekdot yang terkesan seperti nyata, apakah Bidang Kebudayaan saat ini juga bagian dari anekdot yang lagi ngetrend, yang selalu ingin ditanyakan mengapa ini terjadi?. Lalu siapa yang salah ?.
            Terlepas dari salah dan benar, mungkin bisa dianggap sebagai solusi. Menurut pemikiran saya, program kegiatan yang dilakukan oleh Bidang Kebudayaan selama ini adalah program yang bagus serta sangat bermanfaat  bagi seniman dan masyarakat secara umum.  Jadi menurut saya lebih baik Bidang Kebudayaan diganti saja menjadi Bidang Kesenian dengan membawahi entah itu seksi Pelestarian Kesenian, seksi Pengembangan Kesenian, seksi Pembinaan kesenian, seksi Pemanfaatan Kesenian, seksi Perlindungan Kesenian, seksi Lembaga Kesenian atau seksi yang lain yang terkait dengan kesenian. Sehingga program kegiatan yang dilakukan selama ini bisa di kerjakan sesuai dengan nama-nama seksi melekat sebagai nama. Jadi nama-nama seksi tidak hanya sebatas hiasan nama semata, akan tetapi bisa menampung program kegiatan yang selama ini dilakukan, dan sebagai kepala Bidang, Kepala Seksi bahkan semua pegawai akan bisa bekerja sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya. Yang dampaknya nanti akan bisa mempertanggungjawabkan kepada masyarakat serta pimpinan tertinggi didalam kinerja.

Penulis : Adiyanto, S.Sn

Pamong Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur.


DI MUAT DI HARIAN
POJOK KIRI KORANE RAKYAT
SETU WAGE, 21 OKTOBER 2017

No comments:

Post a Comment

BEDAYAN LOGONDANG NOTASI PELOG LIMA ADITYASTUTI

 BEDAYAN LOGONDANG NOTASI PELOG LIMA ADITYASTUTI