Search This Blog

14 Apr 2019

SENDRATARI KOLOSAL KIDUNG SRITANJUNG TINJAUAN DARI BERBAGAI SEGI


SENDRATARI KOLOSAL KIDUNG SRITANJUNG
TINJAUAN DARI BERBAGAI SEGI

SekolahTinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya (STKW) menggelar acara sebdratari kolosal dengan judul “Kidung Sritanjung”. Pada acara Festival Makanan Khas Jawa Timur 2018. Pada hari Sabtu tanggal 13 Oktober 2018 yang berlokasi di Taman Candra Wilwatkta Pandaan. Sendratari kolosal ini di sutradarai oleh I Wayan Sama, S.St, M.Sn. I Wayang Sama mengatakan bahwa garapan Sendratari tersebut mengambil etnik Banyuwangi sebagai pijakan dasar  untuk berkarya yang diinovasi sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan garap pertunjukan. Kidung Sritanjung ini menceritakan sebuh kisah kesetiaan Sritanjung kepada suaminya Patih Sidopekso. Ketika Sritanjung difitnah oleh Raja Silahadikrama bahwa dirinya mempunyai hubungan dengan Raja. Maka Patih Sidopekso marah dan membunuh Sritanjung…untuk membuktkan cinta sucinya, sebelum meninggal Sritanjung berpesan sebelum meninggal “ seandainya darah dinda berbau amis, berarti dinda yang bersalah. Jikalau darah dinda berbau harum, dinda yang benar.  Keris terlanjur menghujam ditubuh Sritanjung, darah mengalir menebarkan aroma harum mewangi tanda cinta suci dan kesetiaan Sritanjung”.
Dari pengamatan penulis di lihat dari sisi seni pertunjukan, biasanya untuk kesenian daerah khususnya di Banyuwangi yang berkembang adalah kesenian Janger, Gandrung, Jaranan dan segabainya. Untuk pertunjukan Sendratari Kolosal dengan judul Kidung Sritanjung ini selain menggunakan cerita yang berkembang di daerah Banyuwangi, akan tetapi sang Sutradara berusaha mengadopsi dari kesenian Janger yang di angkat ke sebuah pertunjukan Sendratari kolosal. Di buktikan dengan adanya iringan menggunakan gamelan Banyuwangi yang di garap sedemikian rupa untuk menyesuaikan suasana adegan dalam pertunjukan sendratari kolosal tersebut. Sehingga totalitas dalam pertunjukan terkesan sang sutradara sengaja ingin menampilkan pertunjukan etnik dari Banyuwangi yang diinovasi tanpa mengurangi rasa serta etnik, atau khas yang ada di kesenian lokal Banyuwangi.  Dari garapan sendratari tersebut dirasa sudah cukup menarik walaupun masih ada sisi yang dirasa kurang.
Perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan yang dilakukan oleh Upt Pemberdayaan Lembaga Seni Wilwatikta (PLSW) dalam hal ini dilakukan oleh Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya, dalam program kegiatan seni pertunjukan salah satunya Sendratari Kolosal dengan Judul Kidung Sritanjung. Program kegiatan ini diharapkan dapat menyumbangkan untuk pengembagan kebudayaan khususnya seni tari. Dengan niatan untuk mengembangkan kebudayaan penulis rasakan bahwa program kegiatan yang di lakukan oleh Upt Pemberdayaan Lembaga Seni Wilwatikta (PLSW) sudah cukup baik. Akan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan yang setidaknya dapat sebagai bahan ealuasi utuk kita renungkan. Agar dalam hal mengembangkan kebudayaan bisa sebagai bahan masukan.
Catatan untuk  Sendratari Kolosal
  1. Untuk team Sendratari khususnya tim penari, Clip on yang digunakan pada waktu berdialog kurang maksimal. Kadang berbunyi kadang tidak dan hampir sebagian besar tidak berbunyi, sehingga komunikasi antara tokoh penari yang satu dengan yang lain tidak bisa di dengar.  Jadi dari sudut pandang penonton tidak tau apa yang dibicarakan antara tokoh yang satu dengan yang lain. Seharusnya yang dilakukan ketika melakukan gladi bersih clip on yang digunakan sudah harus ready, ketika pada waktu gladi bersih clip on tidak bunyi, dan hanya diam tidak melakukan tindakan pembenahan maka yang terjadi ketika pentas akan terjadi hal yang sama ketika gladi bersih.
  2. Pada waktu mengisi acara sebelum acara pembukan, team karawitan membunyikan lagu-lagu khas Banyuwangian secara bagus, akan tetapi yang menjadi kurang menarik  adanya tarian/ jogetan dari team pengrawit sendiri yang kurang tertata, sehingga terkesan semrawut, seperti tidak terkonsep secara jelas. Sehingga ketika ini sudah menjadi pertunjukan yang di pertontonkan maka pertunjukan tersebut terkesan awur-awuran.  Walaupun pertunjukan tersebut digelar pada waktu sebelum acara inti, akan tetapi ketika ini sudah menjadi tontonan orang banyak maka sebaiknya tetap di konsep secara rapi sehingga menjadi suatu pertunjukan yang menarik, dan estetis.
  3. Catatan untuk penyelenggara, Upt. Pemberdayaan Lembaga Seni Wilwatikta, yang berkerjasama dengan Upt Taman Candra. Dalam hal ini memberikan kerjasama yaitu menampilkan Sendratari Kolosal dalam Acara Festival Makanan Khas Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Upt. Taman Candra. Menurut pengamatan penulis hal ini sangat baik sekali karena secara tidak langsung sudah ikut berpartisipasi dalam hal pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan bidang kebudayan khususnya seni tari. Sehingga kegiatan ini ketika sering dilaksanakan maka akan sangat baik sekali. Sehingga keberadaan Kesenian tersebut akan tetap terjaga kelestariannya.  Akan tetapi menurut penulis akan lebih baik lagi ketika Sendratari kolosal tersebut di laksanakan secara pribadi atau melakukan kerjasama yang sesuai temanya, misalnya dengan tema festival kesenian, parade kesenian, atau yang lainnya. Jadi bukan festival makanan khas yang mana kegiatan tersebut tidak linear dengan kegiatan SendratariKolosal. Sehingga yang terjadi sendratari tersebut terkesan cuman mengisi acara saja. Bukan menjadi acara inti atau acara khusus untuk acara pertunjukan kesenian. Jadi menurut penulis Sendratari tersebut kurang menjadi pusat perhatian masyarakat dan acara  tersebut menjadi tidak Spektakuler. Terkesan acara tersebut pokoke ono dan yang penting terlaksana.
  4. Terkat dengan item nomor 3 diatas, maka penulis menyarankan untuk menjadi masukan. Kegiatan yang diacarakan oleh Upt Pemberdayaan Lembaga Seni Wilwatikta, supaya menjadi acara yang besar dan spektakuler maka ketika ingin melakukan kerjasama hendaknya kerjasama kepada pihak yang benar-benar mendukung acara tunggal Sedratari kolosal tersebut. Atau dikerjakan secara mandiri dengan pertimbangan yang matang, mulai dari kepanitiaan, melibatkan event Organizer (EO) yang professional dibidangnya, serta melakukan manajemen keterbukaan atau tramsparansi. Karena memang pemerintah dalam hal ini Upt. PLSW mempunyai tupoksi yaitu menfasilitasi dan memberdayakan potensi masyarakat seni, khususnya Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW). Sehingga secara professional  biarkan STKW yang merancang Program kegiatan Pertunjukan tersebut beserta anggarannya, dan biarkan STKW juga yang melakukan pertanggungjawaban ke Upt PLSW. Sehingga secara professional acara tersebut akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan, akan tetapi tetap mengedepankan azas transparansi/ keterbukaan.     
  5.  Sesungguhnya sudah menjadi tugas pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Untuk selalu menfasilitasi masyarakat khususnya seniman secara terbuka dan transparan, memang idealnya pemerintah memiliki kewenangan dalam mengelola anggaran yang berasal dari pajak rakyat, karena itulah rakyat harus diposisikan sebagai pihak yang berhak menikmati pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah, bukan masyarakat yang hanya digunakan sebagai pupuk bawang dalam setiap kegiatan.


Penulis
Adiyanto, S.Sn, MM
Pamong Budaya Ahli Muda
Disbudpar Prov Jatim.

No comments:

Post a Comment

BEDAYAN LOGONDANG NOTASI PELOG LIMA ADITYASTUTI

 BEDAYAN LOGONDANG NOTASI PELOG LIMA ADITYASTUTI