Search This Blog

21 Jul 2020

TINJAUAN SENI KARAWITAN SEBAGAI PENGATUR IRAMA, TEMPO, DINAMIKA DAN ILUSTRASI


TINJAUAN  SENI KARAWITAN  SEBAGAI PENGATUR IRAMA, TEMPO, DINAMIKA DAN ILUSTRASI


Antara pertunjukan seni karawitan, seni tari dan seni wayang kulit saling berhubungan dalam presentasi estetis sebagai sebuah pertunjukan. Pola irama tari akan diatur oleh pola irama dalam ketukan karawitan, sehingga motif, frase, sampai dengan kalimat gerak tari yang mengalir tidak akan leluasa sekehendak tari, karena akan diikat oleh irama karawitan sebagai pengiringnya. Adegan jejeran pada pertunjukan wayang kulit juga diatur sesuai dengan pakem yang ada di pada seni karawitan dan disesuaikan dengan suasana adegan yang ada. Serta pakem atau aturan-aturan  tersebut diantaranya, seperti: gending, laras, patet, dan yang lainnya.
Begitu pula dengan seni karawitan, untuk kebutuhan pertunjukan seni tari dan wayang kulit kadang-kadang harus melanggar atau tidak selalu harus mengikuti pakem-pakem yang ada dalam seni karawitan. Hal ini semata mata hanya karena untuk memenuhi kebutuhan suatu gerak tarian maupun gerak wayang kulit saja. Misalnya dalam garap repertoar tari remo bolet pada gending Krucilan yang seharusnya tabuhan gong berada pada ketukan yang ke -8 (delapan), akan tetapi ketika penari melakukan angkat kaki dengan menendang maka tabuhan gong akan di tabuh lagi untuk mengaksen kebutuhan tari tersebut. Dan pada pertunjukan wayang kulit pada waktu adegan perang, yang menggunakan gending ayak kerep maupun krucilan, setiap wayang kulit melakukan gerakan menghantam, memukul dan yang lainnya maka instrumen gong akan dibunyikan. Padahal menurut pakem karawitan, pada teknik tabuhan instrumen gong membunyikan dengan ketukan yang telah di tentukan.
Dalam seni karawitan, irama merupakan salah satu unsur dalam membantu pengungkapan sebuah karakter tari seperti karakter putri halus, putri ladak, putra halus, putra ladak, dan putra gagah. Serta karakter pada setiap adegan dalam wayang kulit, seperti jejer Astina, Dwarawati, Amarta, Alengka dan yang lainnya. Untuk mengungkap karakter-karakter tersebut dibutuhkan pola-pola irama karawitan yang dapat membantu mengungkapkan karakter – karakter tersebut. Pola-pola irama yang sering digunakan dalam seni karawitan tradisi tersebut diantaranya, irama lancar, irama lamba, irama wilet, irama sesegan.   
Selain jenis-jenis irama di atas, untuk membantu karakter yang diinginkan dalam sebuah tarian maupun wayang kulit, pemilihan gending, patet dan laras pun akan sangat diperhitungkan. Hal ini dikarenakan dari setiap gending, patet dan laras pun konon memiliki karakter pula. Para empu karawitan ada yang menganggap bahwa laras pelog sangat cocok untuk mengiringi tari-tari putri, karena laras pelog memiliki karakter untuk membangun suasana yang agung ataupun sedih. Namun pendapat tentang setiap gending, patet dan laras memiliki karakter yang hanya bisa dirasakan saja, karena belum ada penelitian yang secara eksplisit menjelaskan gending, patet dan laras yang terdapat pada seni karawitan di Jawa Timur memiliki karakter masing-masing.
Sedangkan seni karawitan sebagai pengatur tempo dan dinamika, biasanya dikendalikan oleh salah satu instrumen yaitu kendang. Kendang akan memimpin pengendalian tempo dan dinamika. Untuk mengatur tempo dan dinamika dalam setiap garap tari dan wayang kulit, pengendang harus mengetahui terlebih dahulu karakter dan struktur yang terdapat pada tarian maupun wayang kulit. Jika ia mengetahui hal tersebut, maka pengendang akan mudah dalam mengatur tempo dan dinamikanya.
Dalam pertunjukan seni tari dan wayang kulit, seni karawitan difungsikan juga sebagai musik ilustratif. Yang artinya, karawitan hanya sebagai musik yang melatarbelakangi suasana yang sedang dibangun oleh suatu pertunjukan, tanpa dituntut untuk memenuhi pijakan irama, tempo, dan sebagainya. Karena musik-musik yang bersifat ilustratif tersebut hanya digunakan untuk membangun suasana yang diinginkan saja, maka gerak-gerak yang ditampilkan akan bersifat kontras dengan suasana yang sedang dibangun. Misalnya vokal karawitan, sekar macapat, bawa, dan yang lainnya dalam pertunjukan seni tari maupun wayang kulit hanya digunakan untuk mendukung permainan suasana dalam adegan saja.


BIODATA PENULIS

Adiyanto dilahirkan di Semarang pada tanggal 02 Juli 1982. Sejak kecil ia sudah diajari oleh orang tuanya  di bidang seni, diantaranya, seni karawitan, pedalangan dan seni tatah sungging wayang. Setelah remaja Ia mematangkan ketrampilan olah seninya di SMKN 8 Surakarta Jurusan Karawitan pada tahun 1998, kemudian melanjutkan kuliah di STSI Surakarta pada tahun 2001 sampai semester 4 transfer ke STKW Surabaya lulus pada tahun 2006. Sejak tahun 2011 di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Bidang Budaya, Seni dan Perfilman. Kemudian pada tahun  2015 diangkat sebagai Pamong Budaya Jawa Timur sampai sekarang. Di sela-sela kesibukanya sebagai Pamong Budaya Ia juga aktif sebagai seniman, baik pelaku seni, pengkarya seni dan pemerhati seni. Aktif menulis baik di media elektronikm media massa maupun media cetak.
PENGALAMAN BERKESENIAN
3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sabet pada Festival Dalang dalam rangka Pekan Wayang se Jawa Timur tahun 1999 di Surabaya. 3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sanggit Cerita pada Festival Dalang dalam rangka Pekan Wayang se Jawa Timur tahun 1999 di Surabaya. Sebagai Pengamat Daerah pada Parade Lagu daerah Taman Mini “ Indonesia Indah” tahun 2011 mewakili provinsi Jawa Timur. Menjadi salah satu pemusik dalam pertunjukan Festival Kesenian Indonesia III tingkat Nasional tahun 2011 di Surabaya. Menjadi Duta Seni mewakili Indonesia ke Ho Chi Mint City, Vietnam pada tahun 2005.  Komposer dalam Festival Gegitaan tingkat Nasional pada tahun 2013 di Jogjakarta. Komposer Iringan Tari Ganggasmara dalam acara Festival Tari Sakral tingkat Nasional pada tahun 2013 di Jogjakarta. Juara 1 (satu) Komposer Iringan Tari Kidung Kasanga dalam acara Festival tari Sakral tingkat Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 di Sidoarjo. Komposer Iringan Tari Mandaragiri dalam acara melasti tingkat Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Komposer Iringan Tari Nawa Cita Negara Kertagama dalam acara Mahasaba Tingkat Nasional pada tahun 2016 di Surabaya.  Menjadi Komposer pada Pembukaan Festival Seni Sakral tahun 2019 dengan Judul “ Babar Sastra Pamucang” Juara Penata Musik tradisional Terbaik pada Festival Seni Sakral Tingkat Nasional Tahun 2019. Menjadi Ketua Lembaga Seni Keagamaan Provinsi Jawa Timur, masa bhakti 2019-2023 Aktif menjadi Juri dan Narasumber d berbagai kegiatan seni, seperti Macapat, Gegitan, Tari, Karawitan, pedalangan dll. 
BUKU YANG TELAH DITULISNYA
Djoko Langgeng Dan Wayang Kulit Karyanya. Balungan Gending Jawa Timuran. Karawitan Jawatimuran. Pengetahuan Vokal Jawatimuran. Campursari Sekar Melati. Profil Sekar Melati. Kebudayaan Dalam Opini, Kebudayaan Dalam Opini,Tinjauan Seni Karawitan

No comments:

Post a Comment

BEDAYAN LOGONDANG NOTASI PELOG LIMA ADITYASTUTI

 BEDAYAN LOGONDANG NOTASI PELOG LIMA ADITYASTUTI